Part 53 - Jajanan SD

2.2K 381 24
                                    

Tiga bulan berlalu, kini usia kandungan Andin telah memasuki trimester dua. Dirinya terlihat semakin manja dan tidak mau jauh pada suaminya. Bahkan tidak jarang, Aldebaran harus pergi ke kantor diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya. Sehingga mau tidak mau, ia harus mengalah untuk bangun sedikit lebih pagi daripada Andin. Karena jika Andin tahu, ia akan merengek seperti anak kecil atau memaksa suaminya untuk ikut ke kantor.

Perubahan sikap Andin yang cukup signifikan ini sama sekali tidak membuat Aldebaran merasa terganggu. Justru dirinya dibuat semakin gemas dengan tingkah istrinya itu. Ya kalau Andin menyebutnya, bawaan hamil.

Seperti contohnya hari ini, Andin bangun sedikit lebih cepat dari Aldebaran lantaran sang suami lembur tadi malam. Andin menatap lekat wajah Aldebaran sambil mengusap lembut pipinya.

"Ganteng banget sih suami aku kalau lagi tidur, gemes deh." batinnya.

Menyadari ada yang mengganggu tidurnya, Aldebaran pun tak lama terbangun. Seperti biasa, wajah Andin menjadi hal yang pertama ia lihat ketika baru bangun tidur.

"Udah bangun? Good morning sayang.." ucap Andin lembut.

Bukannya menjawab sapaan sang istri, Aldebaran justru langsung memeluk tubuh Andin sampai membuatnya tak bisa berkata lagi.

"Ma.. mass.." ucap Andin terbata-bata.
"Hm?"

"Gak bisa nafas aku.."
"Eh maaf ndin, saya gak sengaja." ucapnya sambil melepas pelukannya.

"Kasian nih anak kamu kegencet. Papa iseng banget ya nak." kata Andin sambil melihat ke arah perutnya.

"Maaf ya nak, mama kamu gemesin banget soalnya."
"Ihh gombal."

"Emang bener istri saya itu gemes banget.."  ucap Aldebaran kemudian mencubit pipi tembam Andin.
"Ah ahh, sakit mas."

Aldebaran melepas cubitannya. Ia menatap wajah sang istri sambil tersenyum. Baginya, melihat wajah Andin yang menggemaskan itu adalah obat dari segala rasa lelah yang ia rasakan. Andin benar-benar menjadi 'rumah' bagi seorang Aldebaran.

"Selalu deh, gak pernah kedip kalo liatin muka aku, emang aku secantik itu ya." ucap Andin sambil tersenyum menggoda suaminya.

"Kamu itu selalu cantik di mata saya ndin."
"Masa iyaa?"

"Eh mas, kayaknya anak kamu pengen sesuatu deh."
"Anaknya atau ibunya?"
"Hehe, ya dua-duanya lah mas.."

"Mau apa?"
"Aku pengen jajanan yang biasa ada di SD itu mas, boleh yaa?"

"Ha? Jajanan SD?"
"Iya jajanan SD mas, kayak siomay, batagor, bakso yang gerobakan gitu, telor gulung.."

"Engga engga, itu gak sehat Andin."
"Ahh masss, please.." rengek Andin.

"Kamu itu lagi hamil. Jangan makan yang sembarangan gitu."
"Sembarangan gimana sih mas, kan cuma sekali aja."

"Andini Gabriella dengerin saya."
"Tapi mass.. Anak kamu yang minta, nanti pas lahir dia ngambek loh sama kamu karena waktu mamanya hamil gak diturutin permintaannya."

"Pokoknya engga ya engga ya Andin, demi kebaikan kamu sama anak kita."

Kali ini Andin tidak menjawab ucapan suaminya lagi. Antara sudah lelah atau malas berdebat.

Andin segera beranjak dari tempat tidurnya lalu meninggalkan sang suami di kamar sendirian. Ekspresinya pun berubah drastis dari sebelumnya.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang