Beberapa hari setelah Alana mengajak Andin dan Aldebaran untuk datang ke acara kampusnya. Berbagai macam persiapan telah dilakukan Alana dan teman-temannya selama beberapa hari ini. Dirinya jadi sering pulang lebih sore dari biasanya karena harus latihan untuk acara tersebut.
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Alana serta teman-temannya. Hari dimana acara itu akan diadakan di sebuah auditorium milik kampusnya. Ratusan penonton terlihat sudah memenuhi ruangan itu.
Seperti biasa Aldebaran sudah sampai disana bahkan sebelum waktunya. Ia duduk di bangku yang ternyata sudah dipersiapkan sang adik sebelumnya. Dirinya diantar oleh seorang panitia, lantaran sang adik sudah sibuk bersiap-siap di belakang panggung.
"Silahkan kak, sebelah sini ya." ucap seorang panita itu sambil menunjuk salah satu bangku bertuliskan VIP itu.
"Iya makasih ya." balas Aldebaran.Aldebaran memandangi seluruh sudut gedung itu. Suasana tampak begitu ramai, berbanding terbalik dengan Aldebaran yang lebih menyukai ketenangan. Tentu saja kalau bukan karena permintaan sang mama, dia pasti tidak akan datang kesana.
Sudah sekitar 30 menit Aldebaran duduk di bangku itu sambil menunggu acara itu mulai. Dirinya merasa sangat bosan lantaran orang disekitarnya pun nampak sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sibuk bermain handphone, sibuk dengan makanan di tangannya, bahkan tidak sedikit pula yang sibuk dengan pasangannya.
"Ck, mulai jam berapa sih ini, katanya jam 7 tapi sampai sekarang belum mulai juga." gumam Aldebaran sambil melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.10 WIB.
Merasa sangat haus sementara acara tersebut tak kunjung mulai, ia pun memutuskan untuk pergi keluar sebentar dan membeli minuman disana. Tidak terlalu jauh, sebab di depan pintu masuk gedung itu ada banyak sekali stan makanan atau minuman.
Setelah selesai membeli minum, Aldebaran pun kembali berjalan ke arah pintu masuk, lantaran ia mendengar ada panitia yang menginfokan bahwa lima menit lagi acara itu akan segera dimulai.
Ketika hendak memasuki auditorium kembali, ia melihat ada seorang wanita yang perawakannya tidak asing baginya. Wanita itu mengenakan setelan hoodie dan celana panjang berwarna hitam, tidak lupa masker serta kacamata hitamnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Andin, wanita yang sikapnya sedikit berubah belakangan ini. Dengan spontan, Aldebaran menegur Andin dari belakang.
"Andin?" sapanya lembut.
"Mas Al?""Kamu nonton juga?"
"Kemarin aku diundang sama Alana. Aku kesini cuma mau penuhin janji aku aja kok mas, nggak lebih." ucapnya sedikit cuek."Alana ngundang Andin sama gue? Ck, ada aja ulahnya.. Tapi yang kali ini ada baiknya juga sih." batinnya.
"Mas?"
"Eh iya ndin, k-kamu mau masuk juga?" ucapnya gugup.
"Iya, tapi ini mau tuker tiket dulu sebentar."Aldebaran mengangguk.
Sementara Andin merogoh ponselnya kemudian mencari barcode yang kemarin sempat dikirim oleh Alana untuk mengetahui letak tempat duduknya.
"Baik kak, di bangku VIP 11F ya." kata panitia yang bertugas di bagian penukaran tiket itu.
"VIP 11F? Gue kan di 10F, berarti sebelahan dong?" ucap Aldebaran dalam hati.
"Silahkan kak, boleh langsung masuk ya, nanti bisa dibantu antar sama mba yang itu." ucapnya sambil menunjuk seorang panitia yang lain.
Saat Andin hendak meminta tolong panitia yang dimaksudkan tadi untuk mengantarnya, Aldebaran dengan rasa ragunya justru menawarkan sesuatu pada Andin.
"Em ndin, kebetulan saya duduk di VIP 10F, mau masuk bareng sekalian?"
"Kamu di 10F mas? Oh ya udah kalau gitu, boleh aja kalau nggak ngerepotin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...