Part 75 - UGD

2.8K 427 30
                                    

Sekitar lima belas menit kemudian, Aldebaran telah sampai di 'Wijaya Hospital'. Dirinya pun langsung dibawa menuju UGD dengan brankarnya.

Kondisi tubuhnya tampak melemah, meski ketika ditanya oleh dokter, Aldebaran menjawab bahwa dirinya hanya mengalami luka ringan dan sedikit pusing.

Setelah melalui beberapa pemeriksaan, ternyata luka Aldebaran itu bisa dibilang tidak terlalu ringan sebab terdapat lebam di bagian matanya, belakang telinga yang berdarah sampai harus dijahit, serta punggung dan perut yang memar akibat benturan keras.

Aldebaran melewati semua proses itu sendiri lantaran dirinya memang tidak mengabari siapapun karena takut membuat orang lain khawatir.

Hingga tak lama setelah Aldebaran selesai dijahit, ada sebuah panggilan dari asisten pribadinya. Handphone itu memang berada di sakunya, sebab ia lupa mengeluarkannya sejak membeli nasi kuning tadi.

"Assalamualaikum, selamat pagi pak Al.."
"Waalaikumsalam Ren, ada apa?" ucapnya dengan nada lemas.

"Maaf pak, saya ingin mengingatkan bahwa pagi ini bapak ada jadwal meeting bersama PT. Prima Sentosa."
"Jam sembilan ya Ren?"

"Benar pak.. Ehm, maaf, apa bapak sudah dalam perjalanan ke kantor? Karena saat ini sudah ada beberapa orang yang sampai di ruang meeting pak."
"Maaf ya Ren, kayaknya saya belum bisa ikut meeting, tolong kamu handle dulu ya. Barusan ada sedikit insiden.."

"Insiden apa pak? Apa bapak baik-baik saja?"
"Saya diserang orang gak dikenal waktu dijalan tadi Ren, terus dibawa sama beberapa warga ke rumah sakit."

"Astagfirullahaladzim, kok bisa bapak diserang?"
"Saya juga gak tau Ren, saya gak kenal mereka juga."

"Bapak ada dirumah sakit mana? Biar saya kesana sekarang."
"Gak usah Ren, saya gak apa-apa kok, cuma luka ringan aja, kamu bantu handle meeting dulu ya."

"Bapak tenang aja, saya bisa minta tolong pak Arief untuk handle meeting kita sementara. Kesehatan bapak jauh lebih penting, saya yakin pihak PT. Prima Sentosa juga akan mengerti kok pak."

"Ya udah terserah kamu, tapi saya minta jangan kasih tau siapapun ya, terutama Andin. Saya gak mau dia khawatir."
"Saya ada di Wijaya Hospital." sambungnya.
"Baik pak, saya kesana sekarang."

Mendengar kabar yang kurang baik dari bosnya itu membuat Rendy langsung bergegas pergi ke rumah sakit. Ia hanya sekedar menitipkan pesan pada Felice agar Pak Arief dapat menggantikan posisi Aldebaran sementara. Sebab pagi itu, bosnya tidak dapat memimpin meeting seperti yang telah dijadwalkan, begitupun dengan dirinya yang harus segera pergi lantaran ada suatu hal yang terjadi tanpa memberi tahu yang selengkapnya.

...

Kini Rendy sudah sampai di rumah sakit itu. Beruntung, saat itu jalanan Jakarta tidak terlalu padat sehingga dirinya dapat cepat sampai disana. Tak berpikir panjang, ia segera menuju ke ruang UGD dan mencari keberadaan Aldebaran disana.

Belum sempat bertemu dengan Aldebaran, Rendy justru berpapasan dengan dokter yang menangani bosnya itu. Setelah berbincang dengan dokter yang akrab disapa Adit itu, Rendy pun cukup terkejut dengan penjelasannya terkait dengan kondisi Aldebaran. Ia baru tahu kalau Aldebaran baru saja selesai dijahit akibat ada luka sobek di area belakang telinganya.

Ternyata benar dugaan Rendy sebelumnya, bahwa bosnya itu memang berbohong ketika berbicara di telepon tadi. Aldebaran selalu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, padahal nyatanya tidak demikian.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang