Part 50 - Dua Tiga Februari

2.5K 377 20
                                    

     Pagi ini, tepatnya tanggal 23 Februari. Hari dimana Aldebaran dan Andin dilahirkan ke dunia oleh ibu hebatnya masing-masing.

Aldebaran terbangun lebih dulu dari Andin. Seperti biasa, rutinitas paginya jika bangun lebih dulu adalah memandangi istrinya yang masih tertidur pulas disampingnya. Wajah bareface Andin selalu berhasil membuat Aldebaran berbatin "Gila, Andin cantik banget kalau nggak pake make up".

Merasakan pergerakan dari sang suami, tak lama membuat Andin terbangun. Matanya sayup-sayup terbuka, kemudian menoleh ke arah suaminya yang sedari tadi masih menatapnya sambil tersenyum.

"Mas.."

"Selamat ulang tahun, Andin Gabriella, istri saya."

Mendengar ucapan itu seketika membuat Andin tersenyum lebar. Sebenarnya Andin juga ingin mengatakan hal yang sama pada Aldebaran, namun sayang rupanya sang suami lebih dahulu mengucapkannya.

"Selamat ulang tahun juga suamiku, Aldebaran Galendra."
"Doa terbaik untuk kamu ya mas. Tetep jadi orang baik, suami yang bertanggung jawab, yang sayang istrinya, keluarganya.."

"Doa terbaik juga untuk kamu ndin. Semoga kamu bahagia terus dan bisa jadi pribadi yang lebih baik lagi."
"Terimakasih ya udah jadi istri yang sabar dan hebat untuk saya."

"I love you sayang.."
"I love you more, Andin."

Seperti biasa, setiap pagi mereka selalu menyempatkan waktu untuk sekedar berbincang satu sama lain. Entah membicarakan apa saja, tapi kebiasaan itu sudah dilakukan bahkan sebelum mereka menikah melalui video call.

"Udah tambah tua aja ya kita." ucap Aldebaran.
"Tetep tua-an kamu sih mas."
"Hm iya."

"Nggak nyangka ya mas, kita udah jalan sejauh ini."
"Ha? Jalan kemana?"

"Ish kamu mah! Bukan gituuu.."
"Terus?"
"Ya waktu cepet banget berlalu mas, kayaknya baru kemarin aku nggak sengaja ketemu kamu di gala premiere, eh sekarang udah nikah aja."

"Iya ndin, kalau dipikir-pikir aneh juga ya."
"Aneh? Maksudnya?"
"Iya perjalanan kita lucu aja gitu. Saya ketemu kamu nggak sengaja, terus tiba-tiba kamu jadi brand ambassador saya, dan nggak lama kita nikah."

Andin tersenyum. Mereka bercerita tentang masa-masa pacaran yang begitu singkat dan berujung pada pernikahan. Tanpa sadar, jam sudah menunjukkan pukul delapan.

"Udah kamu mandi dulu gih, nanti telat ke kantor."
"Saya nggak kerja hari ini."

"Nggak kerja? Kenapa mas?"
"Ya saya pengen libur aja di hari ulang tahun saya, boleh kan?"

"Iya boleh sih mas, cuma tumben aja."

Hari sebelumnya, Aldebaran memang pulang lebih sore dari biasanya. Bukan tanpa sebab, ternyata ia sengaja lembur malam itu agar besoknya tidak perlu berangkat ke kantor dan bisa seharian dengan sang istri.

"Kamu mandi dulu gih, pasti mama sama Alana udah nungguin buat sarapan." ucap Aldebaran.

"Ya udah yuk." kata Andin sambil menaikturunkan alisnya.

Ucapan Andin itu memang terkesan ambigu. Bukan Andin namanya jika tidak memancing suaminya.

"Masih pagi, jangan aneh-aneh ya Andin."
"Justru mumpung masih pagi jadi masih fresh tau.."

Aldebaran hanya menatap tajam istrinya. Ya kalau boleh jujur, sebenernya tidak ada alasan satupun untuk dirinya bisa menolak 'ajakan' sang istri.

Namun, ia tahu betul bahwa pagi itu tidak hanya ada mereka berdua di rumah. Belum lagi Alana yang suka tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya untuk sekedar mengajak sarapan. Jadi rasanya sangat tidak tepat untuk mereka melakukan itu.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang