Tidak terasa kini usia Arshaka sudah menginjak dua bulan. Semakin sering bayi itu mengeluarkan tingkah gemasnya. Sudah dua bulan juga Andin kembali menginjakkan kakinya di pondok pelita.
Masalah yang sempat dirinya dan Aldebaran alami kini sudah berhasil mereka lalui. Bukan hal yang mudah bagi keduanya, namun mereka berdua membuktikan jika kekuatan cinta itu benar adanya.
Tangisan Arshaka kembali menjadi alarm bagi kedua orang tuanya. Bayi yang beratnya hampir lima kilo itu selalu menangis saat dirinya merasa haus atau sudah bosan dengan kegiatannya.
"Engh..." ucap Aldebaran yang masih memejamkan matanya.
"Eh sayang, anak mama udah bangun?" ucap Andin setengah sadar.Wanita itu mendekat kearah box sang anak. Ia bawa bayi itu dalam gendongannya dan dirinya kembali ke ranjangnya.
"Anak mama haus ya, sini-sini mimi dulu."
Bayi itu sudah nampak tenang, sepertinya Arshaka benar-benar haus.
"Ini baru jam empat nak, kok kamu udah bangun sih, hm?"
"Tuh liat papa aja masih ngorok."Tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus rambut Aldebaran, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menumpu berat sang anak. Rasanya dirinya seperti memiliki dua bayi.
"Mas Al pasti cape banget, semalem kan dia yang nemenin Shaka begadang." batin Andin.
Setiap malam Aldebaran memang mangambil peranan sang istri untuk menjaga Shaka, dirinya merasa tidak tega jika dalam hal mengurus anak harus dilakukan oleh Andin seorang diri.
"Awh... sstt, sayang jangan digigit nak..." rintih Andin saat Shaka mulai menggigit sumber nutrisinya itu.
Saat ini Shaka sangat senang memasukkan segala benda kedalam mulutnya.
"Mamanya jangan digigit nak..." ucap Aldebaran yang masih memejamkan mata.
"Loh mas? Kok kamu denger?"Pria itu membuka matanya perlahan, ia bangun dan langsung mencium anak dan istrinya itu.
Arshaka yang baru saja mendapat ciuman dari sang papa langsung mengarahkan tangannya.
"Waduh, waduh kalo ada papa nya langsung mamanya dilupain."
"Atatah... asem banget sih ini. Belum mandi ya?" ucap Aldebaran mencium gemas tubuh anaknya itu."Lecet nggak ndin?" tanya Aldebaran.
"Engga sih mas, tadi cuma kaget aja.""Syukurlah kalo gitu."
"Kamu kenapa tiba-tiba bisa bangun?"
"Ya saya khawatir ndin, tiba-tiba kamu ngerintih gitu, kalo sampe lecet kan saya yang kena imbasnya.""Bener-bener ya mas, pikiran kamu itu udah kotor banget."
"Loh enggak dong ndin, saya cuma menjaga apa yang harus saya jaga aja."
"Alesan terus...""Terus ini anak papa mau tidur lagi nggak?"
Arshaka malah menatap Aldebaran sambil menepuk ke arah kumis papanya itu yang sudah mulai lebat.
"Tuh anaknya aja protes kalo kumis kamu itu udah tebel mas, waktunya dicukur itu."
"Nanti ah ndin, mau saya panjangin kayak punya mas adam."
"Ya udah sana nikah sama mba inul aja."
"Beneran? Serius saya boleh nikah lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...