Part 60 - Kebohongan?

2.2K 362 27
                                    

Melihat pesan yang baru saja dikirim oleh temannya, Andin pun langsung bergegas untuk menghampiri tempat dimana sang suami berada.

Saat menuruni anak tangga, ia melihat keadaan rumah sedang sepi. Alana dan Mama Rossa masih berada di Bandung, kedua asisten rumah tangga di rumah itu pun sama sekali tidak terlihat batang hidungnya. Beruntung ia dapat melakukan aksinya itu tanpa halangan.

Pak Ari, salah satu supir pribadi di rumah itu agak terkejut melihat Andin yang sedikit berlari kearahnya.

"Bu Andin mau kemana, kok kayak buru-buru banget?"
"Pak Ari tolong anterin aku, nanti aku kasih tau lokasinya dijalan."
"Baik bu."

Selama perjalanan pun Andin hanya memperhatikan jendela. Sekuat mungkin ia tahan agar air matanya tidak jatuh. Jika ditanya bagaimana perasaan Andin saat ini mungkin dirinya sendiri sudah tidak bisa menjawabnya.

Ia terus memandangi foto yang baru saja temannya itu kirim. Dirinya masih berharap jika yang berada didalam foto itu bukan suaminya. Namun sialnya, semua ciri-ciri mirip sekali dengan sang suami. Apalagi jas yang tadi pagi ia bantu kancingkan itu menambah keyakinan Andin bahwa pria dalam foto itu adalah Aldebaran.

Siang itu jalanan menuju hotel memang sangat padat, untung saja Pak Ari sudah menguasai jalan tersebut sehingga mereka bisa menemukan jalan alternatif yang lebih lega.

Mobil sedan berwarna putih itu sudah terparkir di depan hotel bintang lima. Tanpa memperdulikan sang supir, Andin pun langsung bergegas turun memasuki hotel tersebut.

Dengan dress khusus ibu hamil dan nafas yang memburu ia menemui Erica, teman yang memberinya kabar bahwa suaminya itu sedang berada di hotel ini.

"Eh ndin, kok lo disini?" tanya Erica yang sedikit terkejut.

Bukan terkejut karena kehadiran Andin disana, namun ia kaget dengan penampilan Andin yang tidak seperti biasanya. Matanya nampak sedikit bengkak seperti seorang yang habis menangis.

"Ric, gue boleh minta tolong sama lo nggak?"
"Minta tolong apa ndin?"
"Gue minta akses buat ke kamar yang lo lihat suami gue lagi anterin perempuan tadi."

Erica memang salah satu investor di hotel ini, jadi dia memiliki akses untuk beberapa kamar di hotel.

"Ndin? Lo serius?" tanya Erica ragu.

Andin mengambil tangan Erica, "Please ric, bantu gue..."

Bukannya tidak mau membantu sang teman, Erica paham betul apa yang akan terjadi jika Andin mengetahui hal ini.

"Ndin, sorry banget tapi gue nggak bis---"

Belum sempat menyelesaikan pembicaraannya, kalimat Erica sudah dipotong oleh Andin.

"Ric! Yang ada difoto itu suami gue ric, nggak mungkin gue bakalan diem aja. Suami gue ric!" jelas Andin dengan nada yang sedikit ditekan.

Melihat Andin yang sudah sangat lemah ini membuat Erica tak dapat melakukan hal lain selain membantu untuk mendapatkan akses kamar tersebut.

"Oke... oke... gue bakal bantuin lo, tapi gue mohon lo tenang dulu ya ndin. Kasian dia..." ucapnya sambil mengelus perut Andin.

Andin tampak mengambil nafas beberapa kali, hingga dirinya benar-benar merasa siap dan lebih tenang.

"Oke ric, gue siap..."
"Ikutin gue ya ndin."

Selama di lift tangan Erica tak lepas menggenggam tangan Andin, ia pikir itu dapat membuat Andin merasa sedikit tenang. Erica paham betul apa yang sedang Andin alami saat ini bukanlah suatu masalah yang sepele. Namun ia tetap menjaga privacy sang teman untuk tidak bertanya terlalu banyak.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang