Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Seperti biasa, Papa Surya masuk ke kamar Andin untuk sekedar memastikan apakah putrinya itu sudah tertidur atau belum.
Papa Surya membuka pintu kamar itu perlahan dan ternyata ada suara dari sang pemilik kamar, yang menandakan bahwa dirinya belum tertidur.
"Papa.."
"Loh anak papa kok belum tidur? Kenapa?" ucapnya sambil duduk di tepi ranjang putrinya."Aku belum bisa tidur pa."
"Ada yang kamu pikirin nak?""Enggak kok pa, cuma belum ngantuk aja. Papa kok belum tidur?"
"Iya sebenernya papa kesini mau nanya sesuatu sih.""Nanya apa pa?" ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya.
"Tadi papa liat ada banyak banget makanan di meja makan, itu kamu yang beli?"
"Oh bukan pa, itu dikasih.""Dikasih siapa?"
"Mas Al pa.""Aldebaran? Emang kamu udah pacaran sama dia?"
"Belum.." ucapnya ragu-ragu sambil menggelengkan kepalanya."Kok jawabnya kayak ragu gitu nak? Papa salah nanya ya?"
"Nggak ada yang salah kok pa, aku cuma lagi bingung aja sama perasaan aku sekarang.""Kenapa nak? Coba cerita sama papa."
Andin menghela napasnya sejenak.
"Jujur sebenernya aku ada rasa sama mas Al pa. Sejak pertama kita ketemu, dia udah jadi sosok laki-laki yang beda aja di mata aku. Ya mungkin karena selama ini aku belum pernah ketemu cowok kayak dia ya."
"Keliatannya sih emang orangnya galak, cuek gitu ya pa, tapi aku tau dia sebenernya baik bangeeett, gentle, perhatian, apalagi kalau sama keluarganya."
Papa Surya hanya tersenyum mendengar penjelasan putrinya. Ia mencoba untuk tidak menyela pembicaraan itu sebelum Andin benar-benar selesai berbicara.
"Tapi kayaknya emang itu cuma perasaan aku aja pa. Berkali-kali aku berusaha deketin dia, tapi ya ujungnya selalu nggak ada respon apapun. Aku capek pa, terus berharap tanpa ada kepastian."
"Mungkin emang aku yang salah, karena udah berharap lebih sama dia. Aku yang nggak bisa terima kenyataan kalau dia memang nggak suka sama aku."
"Hushh, nak, nggak boleh ngomong begitu.." timpal Papa Surya sambil menggenggam tangan Andin.
"Papa tau anak papa ini orang yang nggak mudah nyerah terhadap apapun."
"Ya kalau menurut papa, Aldebaran itu bukan nggak ada rasa sama kamu, tapi belum." ucapnya sambil mengusap bahu sang putri.
"Dia belum mau membiarkan rasa itu ada di dalam dirinya, ya mungkin dia masih belum mau buka hati untuk siapapun nak, bukan cuma ke kamu."
"Kamu tau nggak? Dulu, waktu papa lagi deketin mama, itu juga nggak sekali jadi ndin. Papa ditolak dua kali sama mama kamu. Katanya karena waktu itu papa terlalu sibuk untuk kejar gelar sarjana kedokteran, jadi mama takut kalau nantinya, kita nggak bisa punya waktu banyak untuk pacaran."
"Sampai akhirnya, papa coba jelasin pelan-pelan dan alhamdulilah mama bisa ngerti. Memang nggak gampang prosesnya, tapi kalau kamu udah yakin sama dia, perjuangkan itu nak. Namanya perjuangan kan nggak ada yang mudah, semuanya butuh waktu dan pengorbanan. Es batu aja nggak bisa langsung mencair kan?" ucapnya sambil tersenyum.
Andin tidak menjawab sepatah kata pun. Ia langsung memeluk papanya erat sambil menahan air matanya jatuh, sebab dirinya tidak mau menangis di hadapan sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...