Berbeda dengan Aldebaran dan Andin yang sedang dirundung masalah. Glenca dan Nathan baru saja pulang dari honeymoon nya yang sempat tertunda kala itu.
Tentu saja, mereka sama sekali belum mengetahui akan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua sahabatnya.
Pagi ini Glenca menelepon Andin lantaran ingin memberikan oleh-oleh padanya.
"Assalamualaikum, halo ndin.."
"Waalaikumsalam, eh halo G.. Apa kabar lo?""Alhamdulilah baik ndin, lo sendiri gimana baik kan?"
"Ya alhamdulilah baik.""Gimana honeymoon nya, lancar kan? Haha.." sambung Andin.
"Hahaha, bisa aja lo, lancar kok ndin.""Tumben nih telepon gue pagi-pagi, ada apa?"
"Ini gue mau kasih oleh-oleh buat lo sama orang rumah juga. Lo ada dirumah kan sekarang?"Andin seketika terdiam. Entah apa yang harus ia katakan pada sahabatnya itu. Disatu sisi ia butuh teman bercerita, tapi disisi lain dirinya juga takut jika Glenca nantinya akan memberi tahu hal itu pada Aldebaran.
"Ndin? Kok diem? Lo dirumah kan?" tanyanya lagi.
"Emh G, kita ketemuan di apartemen gue aja ya.""Hah apartemen? Sejak kapan lo punya apartemen, kok gak pernah cerita ke gue?"
"Udah nanti aja ceritanya, gue shareloc sekarang ya."
"Oke ndin."
"Tapi kalau gue boleh minta, lo perginya sendiri aja ya.""Iya gue janji. Ya udah, gue sampai setengah jam lagi ya."
"Oke G."Setelah mengetahui kabar dan keberadaan Andin, Glenca pun langsung memutuskan untuk menghampiri sahabatnya itu. Hanya dengan crewneck dan bawahan panjang Glenca turun dari kamarnya.
Nathan yang sedang asik bermain playstation itu pun sedikit heran mengapa istrinya ini terlihat seperti orang yang sedang terburu-buru.
"Beb, mau kemana?"
"Aku izin pergi sebentar ya."
"Mau kemana."Glenca ingat permintaan Andin untuk tidak memberitahukan kepada siapapun tentang keberadaannya saat ini.
"Sebentar aja kok, boleh ya."
"No! Harus jelas mau kemana?"
"Ini masalah Andin.""Hah Andin? Andin kenapa?"
"Aku juga nggak tau pastinya, nanti aku ceritain ya.""Perlu aku anterin nggak?"
"Nggak usah beb, soalnya ini permintaan Andin sendiri.""Ya udah kalo gitu kamu hati-hati ya, titip salam buat Andin."
"Oke, bye beb."Walaupun sudah menikah kebiasaan Glenca masih belum berubah, ia lebih senang mengendarai mobil sendiri dibanding menggunakan supir.
Ia pun sempat mampir ke berapa tempat guna membeli makanan kesukaan Andin. Dirinya berharap semua camilan favorit Andin dapat membuat keadaannya sedikit membaik.
Selama perjalanan pikiran Glenca juga sudah tak karuan. Ia sangat yakin bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja, dan bagaimana bisa ia sama sekali tidak mengetahui hal ini?
Glenca mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Namun karena kondisi jalan yang lumayan padat dan jarak apartemen Andin yang bisa dibilang tidak dekat membuat Glenca menghabiskan waktunya hampir satu jam.
Sesampainya di apartemen tersebut, Glenca langsung menuju lantai dimana kamar Andin berada. Merasa sudah menemukan kamar yang tepat, Glenca pun menekan bel yang ada pada kamar tersebut.
"Permisi, apa benar ini kamar Andini Gabriella?"
"Benar, kalo saya boleh tau mba ini siapa ya?"
"Saya Glenca teman dekatnya Andin.""Oh iya mba Glenca, silahkan masuk mba."
"Makasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...