Selesai makan malam bersama keluarga Widjaja, Aldebaran pun langsung memutuskan untuk pulang. Pria itu tak ingin jika mama dan sang adik menunggunya terlalu lama.
"Assalamualaikum..." ucap Aldebaran.
"Waalaikumsalam." jawab Mama Rossa dan Alana bersamaan."Tumben bang baru pulang, darimana aja lo bang?" tanya Alana.
Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, ia malah langsung duduk disebelahnya sambil meneguk segelas air dihadapannya.
"Cielah kayaknya ada yang lagi bahagia banget nih, lo kenape sih? Lagi kasmaran ya?"
"Dih apaan sih, anak kecil nggak usah sok tau.""Udah, berantemnya nanti dulu, ini dimakan dulu makanannya."
"Maaf ma, kayaknya aku langsung ke kamar aja deh. Soalnya aku udah makan diluar, jadi masih kenyang." kata Aldebaran."Makan diluar? Tumben banget."
"Hehe iya ma, sekali-kali. Aku ke kamar dulu ya ma, mau bersih-bersih sekalian ganti baju."Setelah Aldebaran beranjak menuju kamarnya, rasa curiga Alana ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Ia yakin jika ada sesuatu yang dusembunyikan dari sang kakak.
Saat sudah selesai makan malam, Alana memutuskan untuk menuju ke kamarnya. Namun dari samping kamarnya terdengar suara dua manusia yang sedang berbincang.
Dengan rasa penasaran yang terkumpul penuh, ia mendekati sumber suara itu. Semakin dekat dengan kamar Aldebaran, semakin jelas pula suara obrolan itu. Tapi kali ini berbeda seperti biasanya, dengan sangat jelas ia mendengar bahwa lawan bicara sang kakak adalah seorang perempuan.
Dirinya sudah berada diambang pintu kamar Aldebaran. Merasa tak asing dengan sang pemilik suara itu pun, Alana sedikit berpikir.
"Kok suaranya kayak suara..."
"Siapa sih, kayak nggak asing deh. Gue pernah denger ini suara tapi dimana ya?""Oiya ini mirip banget sama suaranya mba Andin, jangan-jangan.." ucap Alana pada dirinya sendiri.
Tak ingin berlarut dalam rasa penasarannya, gadis itu memberanikan diri untuk langsung masuk ke dalam kamar sang kakak.
"Dor! Cie kepergok yang lagi telfonan malem-malem." ucapnya sambil menepuk bahu Aldebaran.
Mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik, Aldebaran pun merasa sangat terkejut dan sedikit malu sekaligus marah. Dengan sigap, ia langsung menyembunyikan handphonenya dibelakang tubuhnya.
"Lo apaan sih? Nggak sopan tau nggak?!"
"Galak banget sih bang, gue cuma penasaran lo lagi telfonan sama siapa. Tumben banget pake diem-diem segala."
"Bukan urusan lo! Mending sekarang lo keluar dari kamar gue!"Mendengar keributan dari seberang sana, Andin pun berinisiatif untuk menenangkan suasana.
"Halo?" ucap Andin.
Alana mengintip kearah ponsel Aldebaran.
"Mba Andin?" tanya Alana.
"Hai Alana!""Bener kan mba Andin, minjem handphone lo bang. Gue mau ngomong sama mba Andin."
"Nggak!""Bang Al pelit nih mba..."
"Kasih aja mas, aku mau ngomong sama Alana sebentar."Sebenarnya Aldebaran malas sekali memberikan handphone nya kepada adik bawelnya itu. Namun karena pinta sang kekasih, ia harus memberikannya.
"Nah gitu dong. Eh Mba Andin mau nggak kalo kita move ke video call aja? Biar lebih enak."
"Tapi aku lagi berantakan banget nggak apa-apa?"
"Santai aja mba, gue juga kayak gembel gini kok."Kini panggilan mereka berdua pun sudah berpindah menjadi panggilan video. Dari seberang sana terlihat jelas wajah cantik Andin yang sangat natural tanpa balutan make up sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...