Part 26 - Perasaan

2.6K 517 80
                                    

Hari-hari telah Andin lewati dengan bersikap biasa saja kepada Aldebaran. Walaupun jika disuruh jujur, dirinya masih berharap bisa mengenal lebih jauh dengan sosok bos nya yang kaku itu.

Hari ini jadwal Andin lumayan padat. Pagi, dia harus meeting di kantor ARA cosmetics dan siangnya ia lanjut shooting untuk salah satu judul web series.

Pagi ini, wanita cantik itu sudah bersiap untuk pergi meeting. Ia sengaja berangkat lebih awal agar tidak terjebak dalam padatnya jalanan ibu kota.

"Ini ndin makan yang banyak, kamu juga butuh stamina lebih kan buat kerja." perintah Mama Tiara.
"Iya mamaku sayang, ini udah banyak loh."

"Tambahin lagi dong ndin." timpal Papa Surya.

"Udah pa, udah kenyang. Ini aku juga mau berangkat awal."
"Loh kok tumben? Ada meeting pagi ya?"

"Meeting nya sih jam biasanya pa, cuma kalo berangkat nanti takut kejebak macet malah telat, repot kan."
"Oh gitu, ya udah diminum dulu susunya."

"Aku berangkat dulu ya pa, ma." pamit Andin setelah menghabiskan segelas susunya.
"Hati-hati ya nak." balas Mama Tiara.

Sepertinya dugaannya benar, ia tak terjebak macet saat perjalanan kali ini. Tak ingin membuang waktunya, Andin pun langsung masuk ke ruang meeting tersebut sambil menunggu rekan-rekan yang lain.

Kini semua orang yang terlibat dalam meeting itu sudah lengkap, tidak terkecuali Aldebaran Galendra, sang pemilik perusahaan.

Meeting berjalan sekitar empat puluh menit. Saat sudah selesai, semuanya langsung kembali bekerja pada pekerjaannya masing-masing. Melihat semua orang sudah beranjak dari tempatnya, Andin pun juga ikut meninggalkan tempatnya.

"Eh Andin, jangan pergi dulu, saya mau bicara sama kamu." ucap Aldebaran saat melihat Andin yang hendak pergi.

Mendengar suara Aldebaran, Andin pun langsung mengurungkan niatnya, "Saya? Ada apa ya pak?"

"Disini udah nggak ada orang lain, cuma tinggal saya dan kamu, jadi jangan panggil saya pak."

"M-maaf mas, mau bicara apa ya?"
"Ada yang mau saya omongin."
"Silahkan mas, tapi maaf, aku lagi buru-buru soalnya ada shooting siang ini."

Aldebaran menarik kedua tangan Andin yang sedari tadi dilipat itu, kemudian menggenggamnya. Ia berjalan satu langkah ke depan agar bisa lebih dekat dengan wanita dihadapannya. Entahlah, kali ini ia benar-benar tidak terlihat seperti sosok Aldebaran yang Andin kenal.

Dengan perasaan sedikit gugup, Aldebaran mulai berbicara dengan low tone khasnya.

"Saya suka sama kamu, kamu mau kan jadi pacar saya?"

"HAH?" jawab Andin spontan.

Rasanya jantungnya ingin lepas saat itu juga, kakinya lemas seakan tak mampu menopang berat tubuhnya lagi.

"Kamu mau?" tanya Aldebaran lagi.
"Eh.. em... ttt-ttapi maaf mas aku buru-buru, permisi mas." balas Andin yang melenggang pergi.

Didepan ruangan meeting itu, rasanya Andin seperti orang yang habis terkena hipnotis. Ia berulang kali mencubit kecil tangannya, seolah meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan sebuah mimpi. Meski begitu, Andin masih saja tidak percaya dengan kalimat apa yang barusan ia dengar.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang