Part 4 - Glenca Anindita

2.4K 403 23
                                    

     Malamnya Andin sudah berada dirumah. Dirinya juga sudah selesai makan malam. Ia berinisiatif untuk menghubungi Aldebaran perihal masakan yang tadi pagi ia bawa.

"Gimana ya kira-kira masakan gue tadi, dia suka nggak ya?"
"Gue coba chat aja kali ya." ucapnya sambil mengambil handphone nya.

Beberapa pesan sudah terkirim ke nomor pria kaku itu. Lima menit hingga sepuluh menit berlalu, masih belum ada tanggapan juga dari sang pemilik nomor.

Saat sedang memperhatikan layar handphonenya tiba-tiba ada panggilan masuk dari seseorang yang ia beri nama 'G' dengan emoji hati berwarna putih. Siapa lagi jika bukan Glenca, sahabat Andin dari dulu. Tanpa pikir panjang Andin pun langsung menerima panggilan itu.

"Hei, sista! How are you?" tanya seseorang dengan hebohnya.
"Hei, i'm fine. How about you, sist?"

"Gue juga baik kok. Eh ndin gue minta maaf banget ya kemarin nggak bisa dateng ke acara gala premiere lo. Padahal nggak ada janji sebelumnya sama pihak sana, tapi tiba-tiba aja dapet kabar kalau gue harus dateng kesana masalah kontrak kerjasama. Mau nggak mau gue harus hadir deh."

"Hey my baby G, it's okay. Udah nggak usah merasa bersalah gitu."

"Ya tapi gue sedih aja ndin, sepanjang karir lo kan gue nggak pernah absen kalo ada gala premiere gitu. Baru kali ini aja gue nggak bisa hadir."

"Udah-udah sayang, nggak masalah. Gue juga ngerti kok kemaren kan kontrak gede juga buat perusahaan lo."

"Jadi nggak enak deh gue. By the way kemaren gimana acaranya? Lancar kan?"

"Emm alhamdulillah lancar, banyak juga yang dateng."
"Syukurlah, ikut seneng juga gue."
"Makasih loh sist."

"Eh ndin, are you okay? Nada bicara lo nggak kaya biasanya. Ada yang lagi lo pikirin ya?"
"Enggak kok, gue biasa aja."

"Ndin, gue udah kenal lo dari dulu. Mana mungkin lo bisa nutupin ini semua dari gue."

"Huft, gue lagi bingung banget."
"Bingung kenapa? Sini coba cerita sama gue."

"Tapi gue juga nggak tau harus mulai darimana."

"Ya udah gini aja, kalo lo masih bingung besok gue main kerumah lo. Dan lo wajib ceritain semuanya ke gue. Besok free kan?"
"Iya, besok gue free."

"Oke tunggu gue ya. Sekarang mending lo istirahat aja."
"Thank you yaa.."
"See you, ndin. Sleep tight."

~~~~~

Pagi ini embun masih menetes, angin masih bertiup mencengkeram kulit. Rasanya malas sekali untuk Andin bangun sepagi ini terlebih hari ini dia tidak ada jadwal apapun. Namun apa boleh buat, janji yang telah ia buat semalam bersama sahabatnya itu membuat dirinya harus bersiap lebih awal. Ditambah lagi Glenca ini adalah tipe orang yang dadakan.

"Hoaam..."

Andin memaksakan untuk bangun dan langsung saja membuka handphone nya. Benar saja, Glenca sudah mengirimkan pesan kepadanya.

"Morning sunshine."
"Gue on the way jam setengah tujuh ya, takut kejebak macet soalnya."
"Awas aja kalo masih merem."

Mata Andin langsung terbelalak melihat pesan dari Glenca. Dirinya terkejut. Pasalnya ia belum menyiapkan apapun.

"Buset ini orang, mending gue mandi dulu deh."

Andin mandi lebih cepat dari biasanya. Setelah siap dengan pakaian santainya, ia pun langsung menuju lantai bawah.

"Selamat pagi non, tumben udah bangun?" sapa bi Yanti yang baru saja selesai menyiram tanaman.

"Pagi bi, ini si Glenca mau main. Jadi aku bangun pagi deh."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang