Part 18 - Berhenti Berharap

2.2K 392 25
                                    

Pagi ini Glenca berencana untuk kembali berkunjung ke rumah Andin. Kebetulan hari ini hari libur, jadi dirinya tidak pergi ke kantor.

"Ma, nanti aku main kerumah Andin ya." izin Glenca kepada mamanya yang sedang berkutat di dapur.
"Nanti jangan lupa bawa kue yang udah mama buat ya."
"Oke ma."

Untuk saat ini Glenca hanya tinggal berdua dengan sang mama. Papa nya yang berprofesi sebagai pengacara kelas kakap membuat dirinya jarang berada dirumah. Client yang berada di luar pulau membuatnya harus jauh sementara dari keluarganya. Adik satu-satunya pun saat ini berada di luar negeri untuk menyelesaikan studinya.

Kini Glenca sudah bersiap untuk pergi, dirinya juga sudah memesan beberapa makanan kesukaan Andin.

"Kayaknya ini udah cukup deh, semoga aja Andin suka."

"Mama... Aku pergi dulu ya." ucap Glenca sambil menuruni anak tangga.

"Eh itu kue yang untuk Tante Tiara."
"Aku bawa ya ma, bye ma..."
"Iya, hati-hati ya."

Sekitar dua puluh lima menit telah Glenca tempuh, untung saja jalanan pagi ini belum begitu padat, jadi ia tidak perlu lama menunggu dijalan.

"Assalamualaikum..."
"Waalaikumssalam.." jawab mba Sri sambil membukakan pintu.

"Eh non Glenca, silahkan masuk non."
"Makasih mba."

Glenca pun masuk kedalam rumah megah itu, dilihatnya Andin bersama sang papa sedang berada di meja makan untuk menghabiskan beberapa makanannya.

"Eh udah dateng aja tamu agung gue." sambut Andin.
"Mimpi apa ya papa semalem bisa ketemu sama pengusaha sukses." sindir Papa Surya.

"Aduh si om, enggak lah." balas Glenca sambil mencium tangan Papa Surya.
"Loh ini Tante Tiara mana? Kok nggak kelihatan?"

"Tadi sih izinnya mau olahraga pagi sama temen-temen komplek. Tapi om yakin sih, pasti mereka cuma nggosip aja."

"Hahaha biasalah om, emak-emak. Eh iya ini tadi mama titip kue buat om sama tante." ucap Glenca sambil memberikan paper bag berisi kue tersebut.

"Wah ini mah kesukaan om. Bilangin makasih ya buat mama kamu, om bawa ke dapur dulu ya."
"Siap om, semoga suka."

Papa Surya meninggalkan Andin dan Glenca berdua di ruang makan. Ia sengaja memberi ruang untuk keduanya agar bisa lebih leluasa bertukar cerita.

"Jadi cuma bawain kue buat orang tua gue aja nih." sindir Andin.
"Jangan khawatir bestie. Lihat nih gue masih bawa sesuatu khusus buat lo." jawab Glenca sambil menunjukkan bawannya.

"Banyak banget G, ini kan kesukaan gue semua."
"Apa sih yang nggak buat lo."
"Ah jadi makin sayang deh. By the way, lo udah sarapan belum?"

"Tadi cuma minum susu doang sih."
"Ya udah ayo sarapan bareng gue."
"Nggak ah ndin, kenyang."

"Boong. Kalo nggak mau makan, gue suapin nih."
"Iya-iya gue makan." ucap Glenca sambil mengambil sandwich yang sudah tersedia didepannya.

Glenca memang sudah menganggap rumah Andin seperti rumah kedua bagi dirinya. Keluarga dan semua karyawan Andin pun juga sudah menganggap Glenca sebagai anggota dari rumah itu, jadi sudah tidak ada lagi rasa canggung diantara mereka.

"Ndin, gue boleh tanya?"
"Of course."

"How do you feel now?"
"Ya, better than yesterday."
"Syukurlah, gue ikut seneng dengernya."

"Walaupun belum sepenuhnya sih."
"Baru aja gue tenang lo udah baik-baik aja, eh malah ada lanjutannya."

"Ya abisnya rasa ini nggak bisa ilang gitu aja G."
"Terus, apa yang ngebuat lo ngerasa lebih baik dari kemaren?"

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang