Malamnya Andin sudah bersandar pada headboard ranjangnya. Matanya masih tertuju pada ponsel yang sedari tadi sudah ia mainkan.
Aldebaran yang baru saja keluar dari toilet kamarnya itupun langsung menghampiri sang istri dengan senyum manisnya.
"Lagi ngapain sih, kok kayaknya asik banget, hm?" ucapnya sambil mengusap kepala Andin.
Andin yang masih kesal dengan sikap Aldebaran tadi pun hanya diam tanpa menjawab pertanyaan sang suami.
"Suaminya tanya loh, kok diem aja sih."
Andin menghembuskan nafasnya kasar, "Ini baru balesin temen-temen yang ngucapin selamat."
"Ndin, kamu masih marah ya sama saya soal tadi?"
"Menurut kamu?""Bisa nggak kalo suaminya lagi ngomong, handphonenya taruh dulu."
Andin melirik kearah Aldebaran sekilas dan meletakkan handphonenya disamping nakas.
"Oke, udah aku taruh. Terus apa kabar kamu yang daritadi selama acara sibuk banget sama handphone?"
"Ya, aku paham suamiku ini orang penting di perusahaannya, tapi masa kamu nggak bisa luangin waktumu bentar untuk acara yang sakral tadi sih mas.""Acara buat anak kita mas." ucap Andin sedikit bergetar.
Andin memberondong Aldebaran dengan beberapa kalimat yang membuat pria itu hanya bisa terdiam bersama rasa sesalnya.
"Ndin maafin saya ya, saya tau tadi saya udah egois banget, lebih mentingin urusan kantor daripada keluarga. Saya tau itu salah, saya bakal lakuin apa aja buat nebus semua rasa bersalah saya."
"Nggak perlu mas, acaranya juga udah lewat."Aldebaran mendekatkan dirinya pada perut buncit Andin. Ia usap perut sang istri dengan penuh sayang.
"Jagoannya papa, papa minta maaf ya nak kalo tadi papa cuekin kamu. Bilangin mama juga ya buat maafin papa."
Sejujurnya sikap Aldebaran ini mampu menghangatkan hati Andin dalam sekejap. Pria ini selalu memiliki banyak cara untuk mengembalikan perasaannya.
"Jawab dong nak, papa takut kalo mama kamu marah terus. Kamu sayang sama papa kan nak? Bantuin papa ya."
Saat sedang berdialog dengan sang calon bayi, tiba-tiba saja Aldebaran merasakan tendangan dari dalam perut Andin. Aldebaran menatap Andin seolah mengisyaratkan jika anaknya itu mendengar semua curhatannya.
"Ndin dia nendang ndin." ucap Aldebaran antusias.
Andin yang melihat itu pun hanya tersenyum gemas kearah sang suami.
"Kalo kamu nendang, berarti kamu maafin papa kan nak? Makasih ya sayangnya papa, papa janji bakal selalu ada buat kamu dan mama." ucap Aldebaran sambil mencium perut Andin.
"Tuh ndin, anaknya aja udah maafin saya masa mamanya belum."
"Iya mas, aku udah maafin kamu.""Beneran? Makasih ya..."
"Tapi janji ya jangan diulangin lagi."
"Iya, saya janji!" ucap Aldebaran sambil memberikan jari kelingkingnya."Ya udah sekarang tidur mas, besok kamu juga harus kerja kan."
"Iya besok saya ada beberapa meeting di kantor. "...
Pagi ini Aldebaran terlihat bangun lebih dulu dibanding Andin. Ia sengaja mendahului sang istri lantaran ingin memberikan sesuatu untuk Andin.
Tak selang lama, Andin pun juga sudah terbangun dari tidurnya. Ia meraba kearah samping tempat tidurnya namun nihil sang suami sudah tidak ada disana.
"Loh mas Al kemana, kok udah nggak ada." ucapnya agak terkejut.
Baru saja ia akan menelpon sang suami, namun pintu kamar Andin terbuka dan memperlihatkan suaminya itu sudah membawa sepotong sandwich dan susu untuk Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...