Alana yang sudah mendapatkan ide itu pun langsung menyusun rencananya.
"Sebentar lagi kan band gue bakal tampil di acara kampus, kayaknya sabi nih kalo gue ajak mba Andin sama abang biar mereka bisa lebih deket."
"Gilaakkk! Cemerlang banget ide gue, coba ah nanti malem gue hubungin mba Andin, semoga aja dia bisa dateng."
Malam ini Alana masih berkutat dengan tugas kuliahnya. Mahasiswi semester empat itu tak mau jika semester ini nilainya tidak sesuai dengan ekspektasi sang abang. Walaupun di kampus ia terkenal dengan bandnya, namun prestasi Alana juga tidak perlu diragukan lagi.
Namanya selalu muncul dalam jajaran sepuluh besar di kampusnya. Tak heran jika banyak mahasiswa yang kagum pada Alana.
"Huft, banyak juga ya yang harus dipelajarin. Tapi lo nggak boleh nyerah na, lo harus buat mama sama abang bangga." ucapnya menyemangati diri sendiri.
Lembar demi lembar sudah Alana baca dengan sangat serius, hingga tak terasa jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
Dirinya sudah membereskan beberapa peralatan kuliahnya ke tempat semula. Ia juga telah selesai membersihkan diri dan kini sudah berada diatas singgasana nya untuk bersiap tidur.
"Akhirnya selesai juga, coba deh gue chat mba Andin, ya siapa tau aja kan dia mau."
Tanpa pikir panjang, Alana langsung mengirim beberapa pesan kepada Andin.
"Yes! Besok mba Andin mau gue ajak ketemuan." ucapnya girang setelah mendapat alamat lokasi shooting Andin.
"Mending sekarang gue tidur biar besok nggak telat."
~~~~~
Pagi ini, setelah mereka sarapan. Alana langsung bergegas untuk menemui Andin. Namun, saat hendak keluar ia bertemu dengan sang abang yang sudah memasang wajah curiga.
"Mau kemana lo?" tanya Aldebaran.
"Itu mau ke tempet temen bang, bentar doang." jawab Alana."Temen apa temen?"
"Ya Allah bang, nggak percayaan banget sih sama adek sendiri.""Ya lo kan udah biasa ngibul. Mau gue anter?" tawarnya pada sang adik.
Mendengar tawaran dari sang kakak Alana langsung menolaknya, "Eh nggak, nggak usah nanti lo telat bang."
"Dih sok perhatian banget lo.. Aman sih masih jam segini."
"Nggak usah abangku ganteng, biar gue berangkat sama supir aja ya.""Ya udah ati-ati lo, jangan kelamaan."
"Bentar doang kok, nanti siang juga gue ada kelas. Udah ya bang, gue berangkat dulu." pamit Alana sambil mencium tangan Aldebaran."Udah pamit sama mama?" tanya Aldebaran menahan tangan Alana.
"Udah tadi waktu selesai sarapan, udah ah nanti gue telat, bye bang."
"Bye."Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk Alana sampai di lokasi shooting Andin. Setelah mendapat izin masuk, ia langsung mencari sosok Andin. Namun nihil, ia tidak langsung menemukannya.
"Permisi mba, maaf mau tanya tempat Andini Gabriella sebelah mana ya?" tanya Alana pada seseorang.
"Hei, jangan panggil mba dong, eyke ini jantan say." jawab pria itu.
"Maaf maaf mas, dari jauh tadi kelihatan kayak mba mba.""Its okay udah biasa kok. Sebelumnya emang situ siapa dan ada keperluan apa mau ketemu sama Andin?"
"Saya Alana, temennya Mba Andin."Mendengar jawaban wanita itu, Idoel pun sedikit terkejut. Pasalnya, sejak tadi pagi Andin sudah menitipkan pesan pada Idoel jika ada perempuan bernama Alana mencarinya suruh langsung menemuinya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...