Part 77 - Penangkapan

2.3K 397 12
                                    

Awalnya terlihat tidak ada penolakan dari Andin. Namun melihat gelagat Aldebaran yang seolah ingin memulai permainan, Andin pun segera berusaha melepas tautan itu.

"Kenapa ndin?"
"Kamu mau ngapain mas?"
"Masih ditanya?"

"M-maaf mas, tapi aku kan masih masa nifas, sabar ya."
"Astagfirullah saya lupa ndin, maaf maaf." ucapnya lirih dengan ekspresi kecewa.

"Udah mending sekarang kita keluar yuk liat Shaka, bentar lagi juga jam mandinya ini, aku harus siapin dulu." ucapnya mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ya udah ayo."

Meski dengan sedikit perasaan kecewa, namun Aldebaran harus mengalah kali ini. Ia tidak mau jika hawa nafsunya itu mengakibatkan hal buruk pada sang istri.

...

Kurang lebih seminggu setelah Andin kembali ke rumah itu, keadaan Pondok Pelita terasa begitu hangat apalagi dengan hadirnya Arshaka. Bayi mungil itu benar-benar menjadi pelipur lara sekaligus penyemangat bagi semua orang.

Rutinitas di rumah itu pun perlahan berubah. Yang biasanya semua sibuk dengan urusan masing-masing, kini mereka semua lebih sering berkumpul di ruang tengah agar bisa bermain dengan Arshaka sekaligus.

"Mukanya fotocopyan mba Andin banget ya." ucap Alana.
"Masa sih? Banyak yang bilang gitu sih dek."

"Iya soalnya kalau mirip abang bahaya mba."
"MAKSUD LO?!" sahut Aldebaran.

"Santai aja kali bang, kayak anaknya nih senyum-senyum terus daritadi.. Terpesona ya nak liat kecantikan ontyna?"
"Dih geernya selangit."

"Sirik aja sih lo bang! Lagian lo harusnya bersyukur Shaka mirip mba Andin. Kalau mirip lo gue nggak tanggung jawab deh."
"Kurang ajar ya lo!"

Mama Rossa yang melihat keributan itu hanya tersenyum. Sebab sebenarnya, ia sudah sangat merindukan hal itu sejak lama. Pertengkaran kecil kakak beradik yang telah hilang semenjak kepergian Andin dari rumah.

"Ndin, kamu nggak mau siap-siap? Kan sebentar lagi kita mau pergi."

"Kalian mau pergi kemana?" tanya Mama Rossa.
"Aku mau ajak Andin makan siang diluar ma, ya sekali-kali lah refreshing gitu. Udah lama nggak kan, hehe.."

"Baguslah kalau gitu, mama seneng liatnya.. Shaka nggak ikut kan? Biar di rumah aja ya, kasian kalau diajak pergi-pergi begitu, masih terlalu kecil."
"Nggak kok ma, kita cuma berdua aja. Titip Shaka sebentar ya ma."

Belum sempat Mama Rossa menjawab, omongan itu sudah terpotong oleh celotehan Alana.

"Tenang aja bang, gue bakal jagain anak lo 24/7."
"Gue nitipnya ke mama, kenapa jadi lo yang jawab?"

"Iya udah Al, kamu tenang aja. Shaka aman di rumah sama mama, kamu nggak usah khawatir."
"Makasih ya ma."

"Ya udah kalau gitu aku siap-siap dulu ya ma." ucap Andin.
"Iya sayang."

"Temenin yuk mas."
"Ya udah ayo."

Selesai berganti baju dan memberi tahu Mama Rossa akan segala keperluan Arshaka, mereka pun pergi menuju sebuah restoran bintang lima di kawasan Jakarta Selatan.

Sebenarnya, Andin tidak mau menerima tawaran ngedate dari Aldebaran kali ini, sebab dirinya tidak ingin meninggalkan Arshaka terlalu lama. Namun bukan Aldebaran namanya jika tidak bisa membujuk sang istri dengan nada lowtone dan tatapan sendunya itu.

Dua puluh menit berlalu dan kini mereka telah sampai di restoran itu. Ketika baru saja turun dari mobil, tiba-tiba pandangan Aldebaran tertuju pada sebuah mobil sedan berwarna merah yang terparkir tidak jauh dari mobilnya itu.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang