Part 38 - Lamaran

1.7K 386 22
                                    

     Kurang lebih setelah 3 minggu Aldebaran menyatakan keseriusannya pada Andin di atas kapal yacht, tepatnya hari ini, adalah hari lamaran mereka. Berbeda dengan acara tunangan kemarin yang bersifat informal dan hanya mengundang beberapa sahabat mereka, acara lamaran kali ini bersifat formal sehingga dihadiri keluarga dari kedua belah pihak dan tentunya sahabat mereka.

Acara itu digelar secara sederhana di rumah Andin. Tidak ada media yang tahu akan kabar bahagia ini, sebab Andin sendiri yang telah meminta pada semua tamu undangan untuk tidak memposting atau memberi kabar apapun pada media. Beruntung, semua orang terdekatnya paham betul akan permintaannya itu.

Suasana di rumah Aldebaran pagi ini cukup ramai, lantaran ada beberapa saudaranya yang memilih untuk berkumpul terlebih dahulu di rumahnya.

Ekspresi gugup dan cemas sangat terlihat pada wajah Aldebaran. Pria kaku itu terus mondar-mandir seperti setrikaan. Sungguh, rasanya tiada hari yang lebih menegangkan dibanding hari ini.

Alana menghampiri sang kakak yang ada di dalam kamarnya, ia ingin memberitahu padanya bahwa semua keluarga telah berkumpul di lantai bawah dan hanya menunggu dirinya turun.

"Bang? Udah siap?" ucapnya sambil kembali menutup pintu kamar kakaknya.
"Bentar."

Alana berjalan mendekati Aldebaran, ia memperhatikan penampilan sang kakak dari ujung kepala sampai kaki. Dilihatnya ada salah satu kancing kemeja yang belum terkait dengan baik.

"Lo deg-degan banget ya bang, sampe kancing aja salah posisi gini." ujar Alana sambil membantu membetulkan kemeja Aldebaran.
"Dih apaan sih, sok tau!"

"Bang, grogi itu normal kali, semua orang juga pasti pernah ngalamin. Tapi ya udah bang, jangan terlalu dipikirin, entar malah stress kalo dipikir banget."

"Gue juga kalo mau manggung sering nervous kok, cuma ya gue alihin sama hal lain, misal dengerin musik atau apa lah yang bisa buat gue sedikit tenang. Oiya satu lagi, yang penting itu berdoa bang. Beneran deh, gue kalo udah doa tuh hati jadi berasa lega aja gitu." sambungnya.

"Apa gue jadi segugup ini karena belum doa ya tadi?" batin Aldebaran.

"Udah bang, inhale exhale, dibawa tenang aja, semuanya pasti lancar kok."

"Lo tadi kesini mau ngapain?"
"Oiya sampe lupa, itu gue mau kasih tau kalo semuanya udah pada ngumpul di bawah, tinggal nunggu lo doang."

Aldebaran mencoba mengatur napasnya dan berpikiran positif. Mereka pun akhirnya turun setelah Alana berusaha meyakinkan sang kakak berkali-kali.

Sepanjang perjalanan, Aldebaran hanya terdiam sambil berdoa dalam hati. Ternyata benar apa yang dikatakan sang adik tadi, ia jadi merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Alana yang melihat Aldebaran tampak begitu gugup itu pun meledeknya. Hari-harinya serasa tidak lengkap jika ia tidak mengganggu sang kakak.

"Panik banget ya bang?" ucapnya sambil menaikturunkan alisnya.
"Bisa diem nggak lo?!"

"Ish jangan marah-marah mulu bang, entar lupa loh apa yang mau diomongin ke mba Andin. Sia-sia latihannya dari seminggu lalu, haha."
"Berisik banget ya ni orang."

"Eh udah kalian.." kata Mama Rossa.
"Tapi ada benernya juga sih apa kata Alana, kamu jangan marah-marah terus Al, ini kan hari bahagia kamu."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang