Part 16 - Insecure

2.1K 424 28
                                    

     Hampir dua bulan Andin menjadi brand ambassador ARA cosmetics. Yang mana, hal itu jadi membuatnya lebih sering berinteraksi dengan Aldebaran.

Ia harus pintar-pintar membagi waktu antara shooting dan photoshoot. Beruntung semuanya ia jalani dengan penuh rasa syukur, sehingga ia tidak merasa terbebani sedikit pun.

Pagi ini, Andin ada jadwal meeting peluncuran produk baru ARA cosmetics. Sebagai brand ambassador, tentunya Andin memegang peran besar terhadap setiap produknya.

Sekitar empat puluh lima menit meeting itu berlangsung. Kini semuanya sudah selesai dengan urusannya. Andin pun juga sudah keluar dari ruangan meeting itu. Saat Andin akan berjalan keluar, ia melihat ruangan Aldebaran yang pintunya sedikit terbuka.

"Loh ini kok tumben banget pintunya mas Al kebuka, nggak biasanya deh." ucap Andin heran.

Dirinya pun memutuskan untuk mendekati ruangan itu. Namun, ia malah melihat seorang perempuan dengan rambut panjang dan rok diatas lutut sedang berbincang dengan Aldebaran. Walau tak terlihat begitu jelas, tapi Andin sangat yakin jika dia seorang perempuan.

Tak kehabisan akal, ia mendekatkan dirinya kepada ruangan itu, terdengar dengan sangat jelas tawa Aldebaran yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Tawa yang tak semua orang bisa mendapatkannya.

Siapa dia? Kenapa dia bisa membuat Aldebaran sebahagia ini?

Pertanyaan-pertanyaan itu mulai muncul dalam pikiran Andin. Hatinya sesak, nafasnya memburu. Apakah ini yang disebut cemburu? Entahlah, hanya Andin yang tahu.

Tak ingin menyiksa dirinya begitu lama, Andin pun memutuskan untuk segera pergi dari depan ruangan itu.

Dari dalam ruangan, Aldebaran melihat seperti ada seseorang yang sedang berdiri didepan ruangannya. Seketika obrolannya dengan wanita itu terhenti.

"What's wrong Al?" tanya wanita itu.
"Nope. Tadi kayak ada orang aja, tapi mungkin cuma perasaan gue aja.

"Oh oke, bisa aku lanjutin obrolannya?"
"Oh ya, silahkan."

Sejujurnya, Aldebaran pun juga merasakan kegelisahan. Mungkin ia memang tak tahu siapa yang daritadi mendengarkan obrolannya, namun hatinya merasa tak tenang.

Disisi lain Andin sudah berada didalam mobilnya dengan sang supir dan Idoel, asistennya. Selama perjalanan pulang, ia lebih banyak diam. Tak banyak kata yang terucap dari mulut manisnya.

"Lo kenapa neng? Nggak kayak biasanya." tanya Idoel.
"Nggak apa-apa."

"Diem mulu daritadi, biasanya juga cerewet banget."
"Dibilang nggak apa-apa ya nggak papa, jadi orang kok kepo banget." ucapnya ketus.

Idoel pun langsung terdiam. Selama ia bekerja dengan Andin, ia sudah mengetahui banyak hal tentang Andin. Seperti saat ini, ia paham betul bahwa majikannya ini sedang tidak baik-baik saja.

Setelah menempuh waktu sekitar tiga puluh menit, Andin sudah sampai di kediamannya.

"Neng, gue langsung balik ya." pamit Idoel.
"Ya. Ati-ati ya."
"Oke neng."

Di halaman depan rumahnya, bi Yanti yang sedang membuang sampah.

"Eh Non Andin tumben udah pulang." ucap bi Yanti.
"Ehm iya bi, hari ini pulang awal. Aku masuk dulu ya bi."
"Silahkan neng.

"Non Andin lagi kenapa ya, tumben banget." batin Yanti.

"Assalamualaikum." ucap Andin saat memasuki rumah."
"Waalaikumssalam." balas Papa Surya dan Mama Tiara bersamaan.

"Eh anak papa udah pulang."
"Hehe, iya pa."

"Gimana ndin, lancar semua kan?"
"Lancar kok ma."

"Sini nak, makan dulu sama papa."
"Maaf ya pa, kayaknya aku langsung ke kamar aja deh. Lumayan capek hehe."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang