Part 56 - Kontrol Kandungan

2K 370 11
                                    

     Hari ini merupakan hari yang ditunggu oleh Aldebaran dan Andin. Bagaimana tidak, rencananya pagi ini mereka akan kembali kontrol untuk mengetahui jenis kelamin sang calon bayi.

Andin yang sedari tadi sudah sibuk menyiapkan pakiannya itu pun membuat Aldebaran heran.

"Lagi ngapain sih ndin? Kok kayak serius banget?"
"Ini mas aku lagi bingung nyiapin baju buat nanti kita pake ke rumah sakit."

"Baju segitu banyaknya kamu masih bingung?"
"Tapi nggak nemu yang cocok. Eh mas kalo menurut kamu, kira-kira anak kita laki-laki apa perempuan?'
"Ya mana saya tau ndin, lihat aja belum."

"Makanya itu aku suruh kamu nebak, kalo menurut beberapa artikel yang aku baca sih kayanya dia laki-lak deh mas."
"Saya malah ngira perempuan ndin, soalnya semenjak kamu hamil kamu kelihatan lebih cantik."

"Idih gombal. Ya udah kamu perempuan aku laki-laki ya."
"Ya terserah kamu aja."

"Nah ini aku udah nemu baju yang cocok buat nanti kita pergi, aku warna biru kamu warna pink?"
"Nggak salah kamu pilihin saya baju warna pink?"

"Ya enggak dong, kan kamu tadi nebaknya anak kita perempuan jadi kamu harus pake baju warna pink."
"Ndin, tapi ini berlebihan banget loh."

Ucap Aldebaran yang mulai frustasi dengan kelakuan sang istri.

"Ayolah mas..."

Merasa tak punya power untuk berdebat dengan Andin, akhirnya pria itu menuruti kemauan istrinya.

"Nah gitu dong, ya udah aku siap-siap dulu ya."

Selesai dengan semua urusannya, mereka pun langsung menuju rumah sakit tempat biasa Andin periksa. Sedari tadi, ia sengaja tak memberitahu orang rumah agar ini menjadi kejutan.

Sesampainya di ruangan kontrol, Andin pun langsung diberikan instruksi untuk berbaring. Dokter sudah mulai memeriksa perut buncit Andin. Kedua calon orang tua itupun menatap dengan serius ke arah monitor.

"Kita bisa lihat disini telinga janin sudah mulai mengeras, janin juga sudah bisa merasakan suara-suara dari luar." jelas sang dokter pada mereka berdua.
"Apa jenis kelaminnya udah diketahui dok?" tanya Aldebaran.

Dokter menjelaskan sembari memberi tahu kearah monitor itu. Binar mata Aldebaran tak lepas menatap kearah monitor. Rasa bahagia dan haru bercampur jadi satu.

"Baik pak, bu jika dirasa cukup akan saya cetak hasil usg nya."

Andin turun dari ranjang rumah sakit dengan sangat hati-hati dan tentunya dibantu oleh sang suami. Semua urusan mereka sudah selesai dan kini saatnya untuk mereka kembali pulang.
Sepanjang perjalanan pun Andin masih menatap hasil usg nya itu.

"Berarti saya ada saingannya ya sekarang." sindir Aldebaran.
"Siapa mas?'

"Itu yang daritadi kamu lihatin terus."
"Ya ampun sayang kamu cemburu? Dia belum lahir aja kamu udah cemburu gini, apalagi kalo nanti udah lahir."
"Belum lahir aja diperhatiin sampe segitunya, kalo udah lahir pasti saya udah kamu lupain."

"Ngomong apaan sih kamu mas, nggak mungkin lah aku ngelupain kamu. Kalian berdua itu punya perannya masing-masing dihidup aku, jadi mana mungkin aku bisa ngelupain salah satu dari kalian."

Mendengar jawaban istrinya itupun, Aldebaran langsung meminggirkan mobilnya dan berhenti di tepi jalan.

"Halo sayangnya mama papa, makasih ya udah dateng di hidup kami. Papa janji bakal selalu bahagiain kamu dan mama. Sehat-sehat terus ya jagoannya papa, papa sayang banget sama kamu." ucap Aldebaran sambil mengelus dan langsung mencium perut Andin.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang