Hari ini adalah jadwal Andin untuk meeting di kantor Galendra Group. Namun tidak seperti biasanya, kali ini Andin justru memilih tidak hadir tanpa alasan yang jelas. Rasanya ia seperti sedang menghindar dari sosok bos nya itu.
Pagi-pagi Andin menelpon managernya dan meminta bantuan untuk mengabari pihak kantor bahwa hari ini ia tidak bisa hadir meeting.
"Halo pi.."
"Halo neng, ada apa? Baru aja gue mau ingetin lo tentang meeting hari ini, lo nggak lupa kan?""Justru itu pi, gue mau minta tolong boleh?"
"Ha? Minta tolong apa neng?""Gue cuma mau minta tolong, kabarin kantor kalau hari ini gue nggak bisa ikut meeting."
"Kenapa neng? Lo sakit?""Gue baik-baik aja kok pi, cuman lagi agak capek aja, kan dari kemarin nggak ada libur syuting. Boleh kan pi izin sekali-kali?"
"Ya boleh aja sih, cuma heran aja gue, selama ini kan lo paling semangat kalo suruh ke kantor, apalagi kalo ketemu Aldebaran.""Ya udah deh gue coba bilangin dulu ya." sambungnya.
"Oke pi, makasih ya.""Iya udah lo istirahat aja, jangan capek-capek, pusing gue kalo lo sakit"
"Iya pi.."Selesai menutup telepon, entah kenapa perasaan Andin kian beradu. Sejujurnya, lelah bukan menjadi alasan mengapa ia tidak mau hadir di meeting itu. Tapi lebih kepada dirinya yang belum siap untuk bertemu lagi dengan Aldebaran. Rasa 'insecure' itu terus menyelimuti dirinya selama beberapa hari kebelakang.
Disisi lain, Diki sudah memberi tahu asisten Aldebaran bahwa Andin tidak bisa hadir hari itu. Rendy yang mendapat kabar itu pun segera menemui Aldebaran di ruangannya.
Rendy mengetuk pintu ruangan Aldebaran beberapa kali. Setelah mendapat jawaban dari si pemilik ruangan, ia pun masuk.
"Selamat pagi pak."
"Pagi ren, silahkan duduk"
"Terimakasih pak.""Kenapa ren?"
"Saya mau memberi tahu bapak, bahwa hari ini mba Andin nggak bisa ikut meeting pak.""Alasannya?"
"Untuk alasannya, katanya beliau sedang kelelahan pak.""Oh, ya udah nggak apa-apa, meetingnya tetep dilanjut aja."
"Baik pak, kalau gitu saya permisi."Informasi itu cukup membuat Aldebaran berpikir sejenak. Tidak biasanya seorang Andin yang selalu profesional dalam pekerjaannya, tiba-tiba izin dengan alasan yang bisa dibilang tidak masuk akal.
"Tumben banget Andin nggak bisa ikut meeting, biasanya selalu bisa. Bahkan kalo nggak salah, dulu dia sampe pernah cancel jadwal photoshootnya demi meeting disini.."
"Ah ya udah lah, nggak ada dia juga nggak ngaruh kan?" batin Aldebaran.
~~~~~
Hari demi hari sikap Andin masih terasa semu. Jika tadinya bertanya kabar pada Aldebaran adalah sebuah rutinitas, maka berbeda dengan kali ini. Semakin hari, dirinya semakin terlihat sedang berusaha untuk menghindar dari Aldebaran. Bahkan ia hanya datang ke kantor jika ada keperluan mendesak yang tidak bisa diwakilkan orang lain.
Perubahan sikap Andin itu ternyata dirasakan oleh Aldebaran bahkan sebenarnya sejak hari pertama, hanya saja saat itu dirinya masih merasa denial. Ia lebih memilih diam karena merasa bahwa itu bukan menjadi urusannya.
Namun anehnya, makin hari Aldebaran selalu merasa ada hal yang kurang dari dirinya. Hari-harinya pun berjalan tidak seperti biasanya. Dirinya jadi lebih sering melamun seolah sedang memikirkan sesuatu. Ya, Andin berhasil membuat Aldebaran tampak kelimpungan karena perubahan sikapnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...