Part 79 - Popok Bayi

2.3K 391 27
                                    

     Hari ini adalah jadwal vaksin Shaka, tepatnya vaksin BCG. Vaksin BCG merupakan salah satu dari sejumlah vaksin wajib yang memberi perlindungan pada anak terhadap penyakit tuberkulosis atau TBC.

Pantas saja jika Alana seringkali menyebutnya sebagai 'bayi ajaib' lantaran bayi itu benar-benar jarang menangis. Buktinya, disaat bayi lain umumnya menangis saat di suntik vaksin, Shaka justru hanya menangis sekitar lima detik dan kembali tenang setelah digendong Andin.

Entahlah, mungkin itu menurun dari sifat Aldebaran yang santai dalam menghadapi segala sesuatu.

"Shaka sering rewel nggak kalau malem?" tanya dokter Olive.
"Alhamdulilah Shaka jarang banget rewel dok. Paling rewel kalau haus atau minta diganti popoknya aja."

"Wah pinter ya kamu nak." puji dokter Olive.

"Untuk ASI nya sendiri gimana bu? Lancar kan?"
"Alhamdulilah sejauh ini sih lancar dok, malah belakangan ini lagi kuat banget nyusunya, bisa sejam sekali."

"Itu sangat wajar untuk bayi seusia Shaka ini bu. Karena di usia ini, kemampuan bayi mengisap ASI semakin kuat, baik langsung maupun dengan botol."

Dokter Olive menjelaskan terkait dengan perkembangan bayi seusia Shaka. Mendengar itu, Andin dan Aldebaran merasa sangat bersyukur sebab Shaka tumbuh menjadi anak yang sehat sesuai usianya, bahkan terkadang melebihi usia seharusnya.

Selesai dengan segala urusannya di rumah sakit ibu dan anak, mereka pun kembali pulang ke rumah. Namun, belum ada sepuluh menit mereka duduk di dalam mobil, Andin tiba-tiba teringat suatu hal.

"Astagfirullah mas."
"Kenapa ndin? Ada yang ketinggalan? Atau apa?" ucap Aldebaran panik.

"Aku baru inget mas, popok Shaka di rumah udah abis. Kemarin aku udah pesen online sih, tapi kayaknya sampainya masih lama deh. Dari kemarin mau belanja tapi belum sempet."
"Ya Allah ndin, saya pikir ada apa."

"Hehe maaf ya mas, aku panik."
"Jangan suka bikin orang kaget, apalagi saya lagi nyetir gini."

"Iya maaf ya suamiku.. Kita ke supermarket yuk."
"Mau ngapain?"

"Loh kok mau ngapain? Ya mau beli popok Shaka lah mas."
"Udah biar saya aja yang beli, kamu di rumah aja sama Shaka."

"Ih aku nggak boleh ikut?" ucapnya manja.
"Bukan gitu, Shaka masih terlalu kecil ndin untuk diajak ke tempat rame kayak gitu. Saya nggak mau nanti Shaka kena virus atau apalah."

"Susah nih kalau udah mode protektif gini. Papa kamu protektif banget sih nak." bisik Andin kecil.
"Dipikir saya nggak denger?"

"Kamu denger mas, hehe?"
"Saya nggak budeg ya Andin."

Bukannya takut dengan sikap kaku Aldebaran itu, Andin justru mencubit kecil pipi sang suami lantaran terlalu gemas melihat tingkahnya. Mungkin ini yang dimaksud kalau Andin adalah pawang dari seorang Aldebaran.

"Gemes banget sih suami aku ini."
"Andin saya lagi nyetir ya, jangan aneh-aneh."

"Siapa yang aneh-aneh sih mas, aku cuma cubit pipi kamu doang. Kamunya aja yang mikir aneh-aneh."
"Ck!"

Ya begitulah Aldebaran jika sudah kehabisan kata dalam menghadapi tingkah menggemaskan Andin. Sebab sepanjang apapun ia berbicara, pada akhirnya Andin yang akan tetap 'menang' dan membuatnya diam.

"Eh mas, tapi emang kamu tau popoknya Shaka merknya apa?"
"Ya nggak sih."

"Ya udah makanya aku ikut aja ya, biar sekalian juga mas, kamu nggak repot bolak-balik."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang