Part 17 - Overthinking

2K 441 40
                                    

Sejak sore tadi, Andin masih terus kepikiran soal sosok wanita di ruangan Aldebaran itu. Meski Glenca sudah berkali-kali mencoba meyakinkannya, tapi tetap saja hal itu terus mengganggu pikirannya.

Papa Surya dan Mama Tiara yang menyadari perubahan pada putrinya itu pun bertanya saat makan malam.

"Ndin.." tegur Papa Surya yang seketika membuyarkan lamunan Andin.

"Eh pa, kenapa pa?"
"Its everything okay? Papa perhatiin daritadi kamu jadi lebih sering melamun, ada apa nak?"

"Iya ndin, kamu baik-baik aja kan?" lanjut Mama Tiara.

"Aku baik pa, ma.. Jangan khawatir ya, aku nggak apa-apa kok, maaf kalau buat kalian jadi khawatir." ucap Andin sambil tersenyum.

"Nak, dari kecil kamu itu paling nggak bisa bohong sama papa. Tanpa kamu bilang pun, papa tau kamu lagi seneng, sedih, atau marah.."

"Papa nggak akan maksa kamu untuk cerita, tapi kalau kamu butuh tempat untuk cerita, jangan lupain papa yang siap 24 jam untuk dengerin cerita kamu, yaa?" sambungnya.

"Iya pasti, makasih ya pa selalu ada buat aku."

"My pleasure sayang." ucapnya sambil memeluk putri kesayangannya itu.

"Oh pelukannya berdua aja nih, mama nggak diajak?"
"Ada yang cemburu tuh nak." bisik Papa Surya.
"Sini ma, group hug.." ucap Andin.

~~~~~

Berbagai macam posisi sudah dicoba oleh Andin supaya ia segera tertidur, namun nyatanya ia masih belum bisa tertidur juga lantaran terus kepikiran akan apa yang dilihatnya siang tadi.

Rasa penasaran itu terus menghantui pikirannya. Ia pun memutuskan untuk mencari tahu siapa perempuan yang ia lihat di ruangan Aldebaran itu.

"Nathan.." ucapnya sambil bangkit dari tempat tidurnya.

"Eh, tapi Nathan udah tidur belum ya. Coba ah gue cek kontaknya dulu."

Andin mencari kontak yang ia beri nama 'Nathan' itu, dilihatnya info online yang menandakan pemilik nomor itu masih aktif.

"Gue harus tanya Nathan nih, ya kalaupun dia nggak tau perempuan itu siapa, setidaknya gue bisa tau sebenernya mas Al punya pasangan atau nggak. Nggak bisa gue diginiin terus, gue bukan jemuran yang bisa digantung gitu aja."

On Telp
"Halo.."
"Halo nath, belum tidur lo?"

"Kalo gue udah tidur, gue nggak akan angkat telpon dari lo."
"Ya bener juga sih."

"Ada apa nih, tumben malem-malem telpon gue."
"Lo lagi santai kan? Maksudnya, gue nggak ganggu kan?"

"Sekarang sih gue lagi nggak ngapa-ngapain ndin. Tapi mungkin nanti jam sebelasan temen-temen gue mau dateng main ps."

"Begadang mulu deh, emang besok nggak kerja?"
"Gue lagi ngerjain satu series sih ndin, cuma kebetulan besok libur. Jadi santai."
"Oh gitu."

"Lo sendiri gimana ndin? Besok kerja?"
"Nggak dong, besok kan hari libur nath, gila kali gue kerja kayak kompeni tanggal merah tetep masuk."

"Haha iya juga ya. Lo nelpon gue malem-malem cuma mau tanya ini ndin? Atau ini cuma alibi lo karena lo kangen sama gue."

"Dih gila, lo kali yang kangen sama gue.. Em, ada hal yang pengen gue tanyain sama lo sih nath. Tapi lo diem aja ya, nggak usah koar-koar ke orangnya."

"Iya-iya tenang aja, emang mau nanya apa sih? Kok kayaknya serius banget, kenapa?"

"Gue mau tanya tentang temen lo nath."
"Temen gue? Aldebaran?"
"Iya, siapa lagi kalo bukan dia."

"Kenapa kenapa? Ada masalah?"
"Sebenernya enggak sih, cuma gue penasaran aja emang saat ini dia lagi deket sama cewek ya nath?" tanya Andin ragu.

Mendengar itu, Nathan langsung tahu arah pembicaraan Andin. Ia juga sebenarnya sudah menyadari bahwa Andin menyukai Aldebaran.

Bahkan dari sejak pertama kali mereka bertemu, Nathan pernah berpikir bahwa nantinya mereka akan berjodoh, entah pikiran darimana itu.

"Setau gue sih enggak ya ndin. Modelan kaku kayak Aldebaran susah buat punya cewek, setiap cewek yang mau deketin dia pasti udah nyerah duluan. Apalagi nggak semua cewek masuk di kriterianya dia. Emang kenapa sih? Kok tiba-tiba nanya gini?"

"Nggak kenapa-napa, cuma kepo aja. Soalnya tadi gue main ke kantor terus nggak sengaja liat dia lagi ngobrol sama cewek, ya keliatannya sih akrab banget, makanya gue pikir itu ceweknya."

"Ya lo kan tau PT nya Aldebaran itu kosmetik, jadi pasti kebanyakan rekan kerjanya juga perempuan."

"Tapi mereka kayak deket banget nath, bahkan gue denger Aldebaran ketawa kenceng banget."

"Ndin, nggak semua hal bisa lo simpulin secepet itu. Nggak bisa lo ukur hubungan seseorang cuma dari cara ketawanya aja. Gue kalau lagi sama lo juga ketawa keras, tapi apa? Kita nggak ada hubungan yang lebih dari temen kan?"

"Huft, iya sih..." Andin menghela nafasnya.

Nathan berusaha meyakinkan Andin dengan caranya sendiri. Karena ia tahu bahwa saat ini Andin sedang merasa 'insecure' dengan dirinya sendiri.

"Kayanya Andin lagi ngerasa jealous sama seseorang deh. Gue harus bantu Andin nih.." batin Nathan.

"Ya udah makasih ya nath, maaf gue ganggu malem-malem."
"Iya santai aja.."
Off Telp

Setelah menutup telepon dari Andin, ia pun segera menelpon sahabatnya, Aldebaran. Sejujurnya ia sangat mendukung hubungan keduanya, ia merasa bahwa hanya Andin lah yang mampu menjadi pawangnya Aldebaran.

"Halo.."
"Halo Al, gue ganggu nggak nih?"

"Lo udah biasa ganggu sih."
"Hmm, suka-suka lo deh."

"Kenapa?"
"Hari ini lo kemana aja sih? Gue tadi telpon kok nggak diangkat?"

"Lo telpon gue? Kok nggak masuk sih?"
"Ya mana gue tau, rusak kali hp lo."

"Iya sorry, gue seharian ini emang lagi lumayan sibuk ngurusin masalah produk baru, terus ARA juga rencananya kan mau kerjasama sama Beauty Glow, makanya tadi juga meeting sama ownernya, kebetulan dia temen kuliah gue dulu, jadi ya sekalian cerita-cerita tentang kuliah dulu."

"Sok sibuk deh lo."
"Ya mending gue sibuk kerjaan daripada lo sibuk sama cewek-cewek."

"Lo telpon kenapa tadi?"
"Gue cuma mau nanya aja tadi, tapi gue juga udah lupa sih mau nanya apa. Kelamaan sih lo."

"Iya iya maaf."
"Ya udah deh, gue ngantuk.."

"Nggak yakin gue, bilang aja mau pacaran kan lo, udah malem tuh waktunya tidur."
"Yee sotoy deh lo, udah ah, bye."

Selesai menutup telepon, Nathan pun segera mengirim pembicaraan itu ke Andin melalui chat. Nathan memang telah merekam pembicaraannya di telepon bersama sahabatnya tadi. Ia berharap dengan hasil rekaman itu, mampu mengurangi sedikit perasaan galau Andin.

"Ndin, belum tidur kan?"
"Belum, kenapa nath?"

Rekaman suara berdurasi 1.30 detik itu telah didengar Andin. Rasa penasarannya sejak tadi siang kini telah terjawab.

"Udah denger kan? Apa juga kata gue, Al itu nggak punya pacar dan itu cuma rekan kerjanya aja. Kebetulan mereka juga temenan lama. Jadi ya maklum lah kalau mereka keliatan deket banget."

"Makasih banyak ya nath, makasih udah mau repot-repot rekam pembicaraan ini dan kirim ke gue. Lo emang terbaik lah kalau masalah ginian."

"Santai aja kali, kayak sama siapa aja, udah lo tidur sana, dah malem jangan galau mulu.."
"Iya lo juga ya, jangan lupa istirahat."

- To be Continue -

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang