Part 47 - Palm Jumeirah

2.5K 380 50
                                    

Pagi ini Aldebaran dan Andin sudah disibukkan dengan barang-barang bawaannya. Bukan untuk persiapan pulang, melainkan untuk berpindah tempat menginap. Andin juga tak habis pikir, mengapa suaminya ini mengajaknya berpindah hotel.

"Kenapa sih mas harus pindah hotel segala." ucap Andin heran.
"Udah deh nggak usah kebanyakan tanya, mending sekarang kita beresin barang-barang."

"Aneh banget, padahal kan aku udah nyaman banget disini. Malah pake repot-repot pindah." gerutu Andin.

Aldebaran hanya bisa diam mendengar ocehan sang istri.

"Padahal Burj Al-Arab satu-satunya hotel bintang tujuh di dunia, fasilitas nya lengkap, semuanya mew..."

'Cup...' satu kecupan berhasil mendarat sempurna dibibir Andin.

Kalau dulu kebiasaan Aldebaran adalah mengalihkan pembicaraan jika sudah kepalang malu atau sedang malas berdebat. Kini sepertinya kebiasaan itu sudah berubah, khususnya pada sang istri. Yang tentu hal tidak biasa itu hanya akan ia lakukan jika mereka sedang berdua di dalam kamar.

"Ih kebiasaan deh."
"Ya abisnya kamu ngomong terus, nggak kasih jeda buat saya."
"Ya udah sekarang kamu yang ngomong."

"Ini udah beres semua? Kalo udah kita langsung berangkat aja sekarang."
"Iya udah."

"Nah gitu kan enak, ya udah yuk kita turun, biar nanti barangnya dibawain sama resepsionis nya."

Selama perjalanan pun Andin masih bertanya, kemana sebenarnya mereka akan pergi.

Karena jarak tempat itu dengan hotel sebelumnya tidak terlalu jauh, kini mereka berdua sudah memasuki wilayah yang dimaksud oleh Aldebaran.

Andin nampak memperhatikan sekitar, hamparan laut biru yang sangat indah, gedung-gedung yang berjejer rapi membuat ia tak mengedipkan matanya.

"Palm Jumeirah..." ucap Andin membaca tulisan dipinggir jalan.
"Yes." balas Aldebaran.

"Ini tempat apa sih mas? Kok kayak pulau gitu, bagus banget."
"Palm Jumeirah itu pulau buatan manusia yang ada di Dubai, ya jadi pemandangannya kayak ditepi laut, bagus ya."
"Iya mas, aku suka banget."

"Hmm, yang dari tadi marah-marah siapa?"
"Hehehe maafin aku ya sayang." ucap Andin sambil memeluk Aldebaran.

Aldebaran mengarahkan mobilnya ke salah satu penginapan yang akan mereka huni di daerah itu.

"Yuk ndin, turun."
"Kita mau ngapain mas?"
"Check in lah, sekalian sarapan."

Saat baru saja memasuki hotel itu, lagi-lagi Andin dibuat terpukau oleh desainnya. Menjadi hotel termahal di dunia, Atlantis The Palm Dubai menawarkan pemandangan kemilauan laut Arab dan Dubai skyline dari dalam kamar. Patung yang menjulang hingga atap kubah hotel yang berbentuk seperti rumput laut dan terdiri lebih dari tiga ribu lembar kaca berwarna-warni menghiasi hotel itu.

"Kamu suka?"
"Suka banget mas, makasih ya."
"Iya sama-sama, kita ke kamar yuk, sekalian naruh barang bawaan."

"Ini kan udah jam tiga lebih, mending sekarang kamu mandi dulu, habis itu saya mau ajak kamu ke suatu tempat lagi."
"Apalagi sih mas?"
"Udah deh mandi aja."
"Ya udah deh."

Selesai mereka semua bersiap, kini saatnya Aldebaran membawa istrinya itu. Kini mobilnya sudah terparkir sempurna tepat didepan halaman Chic Beach Club. Sebuah tempat yang menyediakan pantai privat berpasir putih. Dilengkapi dengan restoran mediterania, bar gazebo yang berangin, serta kolam renang yang dikelilingi pohon kelapa.

"Kita ke pantai mas?" tanya Andin kagum.
"Ya menurut kamu?"

"Mass... Ini bagus banget tempatnya, adem."
"Kita langsung ke gazebo nya aja yuk, sekalian nunggu sunset."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang