Part 68 - Luka

2.2K 395 64
                                    

Pagi ini Andin terbangun karena ia merasakan kakinya yang sedikit pegal. Bukan tanpa alasan, semenjak mengandung memang kaki Andin mengalami bengkak yang terkadang membuat dirinya harus merasakan kram.

Wanita itu memutuskan untuk turun ke bawah. Dilihatnya bi Sari yang sedang bersenandung kecil sambil mencuci beberapa piring membuat Andin sedikit tertawa.

"Bagus juga bi suaranya." ucap Andin kearah bi Sari.
"Eh non Andin, aduh bibi jadi malu deh." balas bi Sari salah tingkah.

"Kenapa harus malu bi, suara bi Sari bagus kok, nggak kayak suaraku."

"Kebiasaan deh non Andin kalo merendah suka gini, kalo nggak bagus nggak mungkin dong non punya lagu sendiri."
"Hahaha sekarang gantian bibi ya yang godain aku."

"Ini non Andin tumben jam segini udah ke dapur? Ada perlu apa non?"
"Ngeregangin otot kaki bi, tadi pagi agak sedikit kram."

"Sini sini non Andin duduk dulu, biar bibi urut ya." ucap bi Sari sambil mengarahkan Andin ke sofa.

Dengan perlahan bi Sari mengurut Andin, wanita itupun sepertinya sangat nenikmati pijatan dari sang bibi.

"Gimana non? Enak?"
"Enak banget bi, tapi kayaknya ini karena aku udah jarang jalan sore deh bi."
"Iya non, bibi perhatiin non Andin juga jarang keluar."

"Ya gimana ya bi sekarang kalo tiap sore hujan terus. Mau keluar jadi mikir-mikir dulu deh."
"Oiya bener juga ya non."

"Hari ini rencananya aku mau kontrol kandungan lagi bi."
"Di rumah sakit yang kemaren non? Perlu bibi temenin nggak?"
"Nggak usah bi, aku bisa sendiri kok."

"Ih non Andin mah gitu, apa-apa mau dilakuin sendiri. Padahal disini banyak yang sayang sama non, tapi tetep aja mau handle semuanya sendiri."

Perkataan bi Sari kali ini mampu membuat Andin sedikit terdiam. Mungkin benar disekitarnya banyak orang yang menyayanginya, tapi entah mengapa rasanya seperti berbeda.

"Eh kalo temennya non Andin yang kemaren itu temen apa non?" tanya bi Sari kemudian.
"Oh itu temen udah lama banget bi, mungkin ada kali ya sekitar sepuluh tahunan."
"Wih awet juga ya, mba nya juga artis non?"

"Iya bi aku udah anggep dia kayak saudara aku sendiri. Dia pengusaha bi, bisnisnya juga udah ada dimana-mana dan kebetulan suami dia itu rekan kerja aku."
"Kok bisa pas gitu ya non, kayak semuanya udah diatur."
"Haha iya bi..."

Selesai dengan aktivitasnya pagi ini, Andin pun langsung bersiap untuk berangkat ke rumah sakit guna kontrol rutin kandungannya.

Mungkin awalnya ia merasa sedikit berat harus melakukan hal ini sendirian, namun dirinya sudah lumayan terbiasa dengan kegiatan ini.

Sesampainya di rumah sakit, Andin langsung menuju ke ruangannya. Beruntung hari itu keadaan rumah sakit tidak terlalu ramai, jadi dirinya tidak perlu menunggu terlalu lama.

"Alhamdulillah ya bu, saat ini usia kandungan ibu sudah masuk delapan bulan, yang mana artinya tinggal sebulan lagi ibu bisa bertemu anak ibu."
"Iya dok, saya juga udah nggak sabar."

"Berdasarkan hasil pemeriksaan tadi sih kondisi kandungan ibu stabil, tapi untuk memperlancar persalinan ibu dianjurkan untuk semakin rajin berolahraga."

"Baik dok, biasanya saya rutin jalan-jalan sore tapi karena akhir-akhir ini sering hujan, jadi saya sempet berhenti dulu."
"Baiklah kalo gitu biar saya tulis resep vitamin buat ibu ya."

Kontrol kali ini berhasil Andin lalui, kini dirinya memutuskan untuk langsung kembali ke apartemennya. Wanita itu langsung merebahkan tubuhnya di kamarnya.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang