Part 6 - Kontrak Kerja

2.3K 436 39
                                    

Malam harinya sekitar pukul sembilan malam, Andin ingin mencoba menghubungi Glenca. Rasanya tak afdal jika sahabatnya itu tidak mengetahui hal sebesar ini.

Andin pun mendial nomor Glenca, terdengar nada sambung dari seberang sana. Tak lama kemudian sudah ada jawaban dari sang lawan bicara.

"Hei bestie! What's up?"
"I'm okay, what are you doing now?"
"Biasa lah, rebahan aja gue mah.."

"I wanna tell you about something."
"Apa tuh? Kayaknya penting banget."

"Jadi gue..." ucap Andin menggantung.
"Jadi gimana? Lo jadian sama Aldebaran?"

"Ish belum!"
"Ya terus?"

"Gue dapet tawaran jadi brand ambassador produknya dia." jelas Andin dengan sangat antusias.

"Hah? Serius?"
"Iyaa."

"Omg, i'm so happy to hear that. Akhirnya ya, semesta ngasih lo kesempatan buat lebih kenal sama dia."
"Duh ngeri deh bawa-bawa semesta."

"Jadi kapan lo mulai kerja disana?"
"Besok sih rencananya manager gue mau ambil kontrak buat dievaluasi dulu."

"Kesempatan emas sih ini ndin."
"Yes, makanya gue mau kasih hasil yang maksimal buat produk ini. I will try to do my best!"

"Dan yang paling penting, lo harus pinter-pinter baca situasi ndin. Selagi ada kesempatan pepet terus."
"Hahaha kampret lo. Kalo lo sendiri gimana? Perusahaan aman kan?"

"Aman-aman aja sih, besok rencananya gue mau tinjau proyek di daerah Malang."

"Emang paling keren sih sahabat gue yang satu ini."
"Engga lah, masih kerenan juga Andini Gabriella, yang namanya udah ada dimana-mana."

"Mulai deh, ya udah gue cuma mau kabarin ini aja. Good night G, have a nice dream."
"You too."

Setelah mengabari Glenca, Andin pun langsung meletakkan handphonenya diatas nakas samping tempat tidurnya. Sepertinya ia sudah tidak sabar untuk menyambut hari esok.

~~~~~

"Oii bangun neng, udah jam berapa nih." ucap seorang pria dari balik kamar Andin sambil menggedor pintu kamarnya.

"Siapa sih berani-beraninya gedor pintu kamar gue." gumam Andin dengan mata yang masih terpejam.

"Pamali tau cewe jam segini masih tidur." lanjut pria itu.
"Arrgh... siapa sih."

Andin pun mencoba melangkahkan kakinya menuju pintu kamarnya. Dengan muka bantalnya dan sedikit emosi yang memuncak Andin membuka pintunya.

"Apa---" ucap Andin terpotong.

Ia sedikit terkejut melihat sosok pria itu, "Pipi?"

"Kenapa? Kaget ya? Makanya melek dulu neng."
"Pipi kok jam segini udah dirumah gue sih?" tanyanya heran.

"Nih liat neng udah jam berapa?" balas pipi sambil menunjukkan jam tangannya.
"HAH! Setengah tujuh!"
"Lo pikir masih jam lima?"

"Astaga! Ya udah pipi tunggu bawah dulu ya, gue mau cuci muka bentar."
"Yang bersih, tuh iler masih dimana-mana.' ucap pipi sambil menunjuk mulut Andin.
"Ihh pipi mah."

Andin pun langsung berlari ke kamar mandi. Setelah dirasa cukup membasuh mukanya, Andin pun mengikat rambutnya dan langsung turun kebawah menemui pipi.

Dilihat managernya itu sedang menikmati beberapa makanan yang tersedia di meja makannya.

"Nah gini kan kelihatan lebih seger." puji Diki saat melihat Andin menuruni anak tangga.
"Gue mah selalu cantik pi."

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang