Part 20 - Strategi

2.1K 401 40
                                    

Minggu ini rencananya Glenca dan Nathan akan berkunjung ke rumah Andin. Walaupun mereka baru saja saling kenal kemarin, namun pertemanan mereka langsung bisa terjalin layaknya pertemanan pada umumnya. Sikap Nathan yang ramah dan Glenca yang supel membuat keduanya mudah menjalin kedekatan satu sama lain.

Kling...

Sebuah notifikasi dari handphone Nathan. Dengan mata yang masih terpejam, ia berusaha meraih handphone yang berada di laci samping tempat tidurnya.

"Jangan lupa ya nath, pagi ini kita mau kerumah Andin."
"Awas aja kalo lo telat jemput gue."

Tulis seseorang dalam pesan tersebut.

"Oiya, hari ini kan gue sama Glenca mau main ke rumah Andin. Hampir lupa gue, untung dia chat."

Nathan pun langsung melirik jam dinding kamarnya, "Astaga! Udah setengah tujuh. Gue harus mandi, nggak lucu kalo pertama kali jemput dia, gue malah telat."

Sekitar sepuluh menit pria itu selesai dengan aktivitasnya. Ia langsung menuruni lantai apartemennya dengan sedikit berlari.

Untuk saat ini Nathan tinggal di salah satu apartemen ternama di Jakarta. Ia hanya tinggal berdua dengan asisten yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

Dibawah, asisten Nathan sudah menyiapkan beberapa sarapan sederhana untuk mereka santap bersama.

"Morning bos." sapa asisten Nathan.
"Morning boy. Gue berangkat dulu ya, buru-buru ini."

Boy adalah sapaan yang sengaja dibuat Nathan, khusus untuk asisten pribadinya itu.

"Loh ini sarapannya gimana bos?"
"Gue ambil satu aja, nanti gue makan dimobil."  jawab Nathan sambil mengambil sepotong roti.
"Ya udah, jangan ngebut-ngebut bos."

Nathan hanya menunjukkan ibu jarinya kepada asisten pribadinya.

Disisi lain, Glenca sedang menunggu temannya itu. Rasanya sudah malas sekali ia membuat janji dengan Nathan.

"Ini udah hampir jam delapan kenapa manusia itu belum dateng juga sih."
"Nggak lagi-lagi deh nath gue minta jemput sama lo." gerutu Glenca.

Tiga puluh menit berlalu, sepertinya mood Glenca sudah hilang untuk manusia bernama Nathan itu. Dirinya kini sudah berbaring di sofa ruang tengahnya, hingga tiba-tiba muncul notifikasi dari handphonenya.

"Glen, gue udah didepan. Lo langsung keluar aja ya. Takutnya kalo gue masuk nanti tambah lama lagi." tulis Nathan

"Udah dia yang telat, gue yang suruh nyamperin dia lagi."

Glenca menghampiri Nathan dengan muka juteknya, langkahnya ia hentakkan saat masuk ke mobil Nathan.

"Udah siap? Kita langsung berangkat aja ya." tanya Nathan.
"Dah." jawab Glenca singkat.

"Kenape sih mukanya ditekuk gini, nanti cantiknya ilang loh." goda Nathan.
"Cepetan jalan!"
"Iye bos iye."

Diperjalanan pun Glenca masih memanyunkan bibirnya, Nathan yang sesekali menengok orang disampingnya itu bertanya apa yang sedang terjadi padanya.

"Lo kenapa sih dari tadi diem aja."
"Lo sadar nggak sih nath, lo itu telat empat puluh lima menit! Sadar nggak!"

"Ya Allah belum sampe sejam kan."
"Tetep aja telat namanya!"

"Iye iye gue minta maap ya, semalem gue main ps sampe jam satu. Terus waktu mau kerumah lo gue mampir pom bensin dulu."
"Hmm."

"Kenapa sih judes amat."
"Nggak tau ah, males gue."

"Jangan gitu dong."
"Terserah gue lah."

"Oiya gue ada sesuatu buat lo." ucap Nathan sambil mengambil sesuatu di dashboard mobilnya.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang