Part 12 - Kotak Makan

1.9K 418 20
                                    

     Waktu sudah menunjukkan pukul tiga. Aldebaran juga sudah bersiap untuk pulang. Saat sedang membereskan beberapa berkas yang akan ia bawa pulang, pandangannya tertuju pada paper bag diujung mejanya.

Rasa penasarannya belum hilang, rasanya bukan Aldebaran jika tidak berhasil menyelidiki hal ini. Ia pun memutuskan untuk kembali membawa paper bag itu ke rumahnya.

Dua puluh menit telah ia tempuh, saat ini dirinya sudah sampai di rumah super mewahnya. Aldebaran turun dari mobilnya sambil menenteng tas kerja dan paper bag berisi kotak makan itu.

Saat memasuki rumahnya, ia tidak melihat batang hidung Mama Rossa dan Alana. Rumahnya nampak sepi, mungkin mereka sedang berada dikamarnya masing-masing. Dirinya pun memutuskan untuk langsung masuk kamar.

Kini dirinya sudah selesai mandi. Rasanya ia ingin merebahkan tubuhnya diatas kasur. Namun, saat melihat ada kotak makan kosong diatas meja kerjanya ia mengurungkan niatnya untuk berbaring.

"Oiya, ini kotak kosong belum gue bawa ke dapur. Kalau mama tau bisa habis gue, nyimpen wadah kotor di kamar."

Akhirnya ia memutuskan untuk membawa kotak makan itu ke dapur. Diletakkannya kotak itu dekat dengan wastafel. Sebelum pergi meninggalkan dapur, ia berinisiatif untuk mengambil beberapa camilan yang akan ia bawa ke kamarnya.

Tak sengaja ia melihat ada kotak makan yang persis dengan kotak makan yang baru saja ia letakkan di wastafel itu.

"Loh ini kok mirip sama yang tadi. Bukannya ini kotak dari Andin dulu ya."
"Apa mungkin makanan tadi juga dari Andin, tapi kan dia nggak tau alamat gue."

"Hei Al, what are you doing?" tanya Mama Rossa yang baru saja datang."

Mendengar suara sang mama, Aldebaran pun terkejut dan langsung meletakkan kotak makan itu.

"Eh ma, enggak kok. Ini tadi aku mau ambil camilan buat di kamar." jelasnya gugup.

"Terus kenapa kamu pegang-pegang kotak makan itu?"
"Cuma sekedar liat aja ma, oiya ini Alana mana kok belum keliatan?" tanya Aldebaran mengalihkan pembicaraan.

"Kebiasaan deh, kalau nggak ada dicariin, tapi kalau ada berantem terus. Itu adek kamu masih tidur dikamar, kecapekan dia."

"Dasar tukang molor. Tadi juga tumben banget dia mampir kantor aku ma."
"Iya tadi dia juga cerita, mama juga heran sih Al."

"Random banget emang itu anak, jalan pikirannya nggak bisa ditebak."
"Ya sama kayak abangnya lah."

"Enggak lah ma. Ya udah aku mau samperin Alana dulu ya ma, takutnya kalau nggak bangun, nanti malem begadang."
"Ya udah sana."

Mama Rossa sangat bersyukur bisa memiliki buah hati seperti Aldebaran dan Alana. Mungkin dihadapan banyak orang mereka seperti kucing dan tikus, namun kenyataannya mereka sangat peduli satu sama lain.

Sesampainya di kamar Alana, ia melihat laptop yang masih terbuka disamping bantalnya. Beberapa buku pun masih berserakan disekitar meja belajarnya.

"Oii bangun, udah sore." teriak Aldebaran dari ujung kamar.

Rupanya teriakan Aldebaran ini lumayan ampuh untuk membangunkan Alana. Walaupun matanya masih terpejam namun ia bergeliat dari tidurnya.

"Itu juga laptop pasti belum dimatiin. Nanti kalau rusak minta ganti yang baru."

Mendengar kata 'laptop', Alana langsung beranjak dari tempat tidurnya. Pasalnya, ia teringat bahwa pencarian terakhir di laptopnya menunjukkan nama 'Andini Gabriella'. Bisa gawat jika abangnya ini tahu. Ia langsung buru-buru mematikan laptopnya dan menutupnya.

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang