Suara teriakan dari kamar mandi membuat sepasang suami istri yang masih betah berpelukan dan menyelami alam mimpi segera membuka kedua matanya. Mereka saling berpandangan sebelum berlari menuju kamar mandi, tadi malam anaknya ikut tidur orang tuanya. Dan teriakan itu pasti datang dari anaknya.
"Kenapa?" tanya Azzura panik, Gavril masih memegang gagang pintu kamar mandi sembari menatap anaknya yang masih mengenakan handuk sembari memegang pinggiran baththup.
"Meli jatuh,"
Tanpa basa-basi, Gavril segera mengangkat anaknya dan membawanya ke kamar. Mendudukkan Melisya di atas tempat tidur sembari memperhatikan setiap jengkal tubuh anaknya. Apakah ada yang luka atau tidak. Dilihat dari isi kamar mandinya, kemungkinan Melisya lecet sangat sedikit tapi untuk memberi bekas biru karena benturan bisa saja terjadi.
"Kamu jam segini kok udah bangun? Mau kemana mandi pagi-pagi?" tanya Gavril sembari memutar pergelangan kaki anaknya pelan.
"Aku ada jam olah raga pagi, Daddy."
"Bukannya jam olah raga kamu besok lusa? Kenapa tiba-tiba maju mendadak?" tanya Azzura, perempuan muda itu ikut duduk di samping anaknya.
Melisya tersenyum manis dan memegang tangan Azzura. Kemarin gurunya bilang akan ada sesi wawancara pada orang tua dan anak besok lusa. Jadi jam olahraga Melisya dimajukan. Azzura yang hanya diberi senyum manis anaknya menaikan sebelah alisnya, apakah senyuman mewakili jawaban sebuah pertanyaan?
"Ada wawancara sama orang tua besok lusa. Melisya mau ikut, sekarang aku kan udah punya Mommy."
Gavril mendongak menatap anaknya sejenak sebelum menatap istrinya dengan senyum miring. Inilah kehidupan yang selalu Gavril inginkan dari dulu, obrolan kecil yang mengiringi rumah tangganya saat mereka bersama. Bukannya sibuk dengan dunianya sendiri. Dekat tapi terasa jauh, itu rumah tangganya dulu.
"Sebelumnya sudah ada, Mel?"
"Belum, Tahun ini jadwalnya seangkatan Meli, Mom. Tahun kemarin yang sekarang sudah kelas 2."
"Oh gitu, ya udah nanti kamu bilang aja Mommy harus datang jam berapa."
"Siap, Mommy."
Lagi-lagi Gavril hanya bisa tersenyum, tak ikut berbincang. Dia memberikan waktu untuk anak dan istrinya semakin dekat. Walaupun mereka sudah dekat, tapi tetap saja akan terasa berbeda karena mereka bertemu baru Tiga Tahunan ini.
"Meli mandinya udah, mau ganti baju nanti terlambat."
"Ayo Mommy bantu ganti baju," Azzura turun dari ranjang dan jongkok didepan tubuh Melisya. Menyenggol lengan Gavril pelan agar suaminya memberi ruang untuknya didepan Melisya.
"Mommy kuat gendong?"
"Kamu hina Mommy? Walaupun badannya kecil tapi tenaganya besar tahu." Balas Azzura sombong. Melisya terkekeh pelan dan melingkarkan tangannya pada leher Azzura.
Azzura menggendong Melisya dari belakang, tak terlalu berat kalau menggendong dengan cara seperti itu. Kalau gendong depan, lumayan menguras tenaga juga. Badan Melisya memang terlihat kecil, namun siapa sangat berat badannya tak sesuai dengan kelihatannya. Entah ditubuh bagian mana berat badan Melisya menumpuk.
Gavril menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan istri dan anaknya. Tapi dia juga bahagia, setidaknya dia tak salah memilih istri. Perempuan muda yang mau menerimanya dan anaknya tanpa memandang apapun. Itu juga sebuah keberuntungan bagi Gavril.
"Waktunya pengurangan karyawan gak bermutu." Gumam Gavril sembari melihat daftar nama karyawan yang dilaporkan bertindak tak sopan pada istrinya. Daftar nama yang sudah di list oleh Bachtiar kemarin. Dua bulan terakhir ini Azzura selalu berwajah murung saat tak sengaja dilihat Gavril. Namun, saat suaminya memanggilnya ekspresinya akan berubah seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...