Part 54

29.8K 3.1K 1.1K
                                    


Tangan bergetar dan bibir sangat pucat membuat Edward yang ada disebelah Gavril merangkul pundak sahabatnya pelan. Sedangkan Santosa menepuk pundak Gavril cukup kencang. Edward dan Santosa memang sengaja datang untuk melihat keadaan Azzura setelah mengetahui keberadaan perempuan itu. Namun, saat sampai sana mereka dikejutkan dengan keadaan Azzura yang pingsan dan diangkat Gavril menuju mobil.

"Zura pasti baik-baik aja, lo tenang dikit, Vril." Tutur Edward menenangkan sahabatnya. Gavril hanya diam saja tak bereaksi apapun, mana bisa dia dusuruh tenang sedangkan keadaan istrinya dia belum tahu apakah baik-baik saja atau tidak.

"Minum dulu, Kak." Inka yang baru datang dan menggendong Devnath menyerahkan kopi botolan kearah Gavril dan langsung diteguk hingga tersisa setengah.

Livia dan Inka saling pandang sebelum ikut duduk diseberang tempat duduk ruang tunggu depan kamar IGD. Edward yang melihat Livia kerepotan menggendong Arfin segera mengambil alih anaknya, membawanya kembali duduk di sebelah Gavril yang kini juga sedang memangku Devnath.

"Ti ti," Devnath menunjuk dagu Gavril dan berucap seperti biasa ti ti, hanya kata itu yang bisa diucapkan Devnath selain teriakan dan kata eh.

Cukup bagus memang untuk usia Devnath yang baru sepuluh bulan, tapi Azzura juga ingin dipanggil anaknya walaupun dengan kata tak jelas. Tak selalu berkata eh saat memanggil ibunya.

"Iya, Sayang. Tunggu Mommy, ya." Bisik Gavril pelan sembari mencium kening anaknya lembut.

"Keluarga Bu Zura, diminta menemui dokter." Gavril berdiri sangat cepat saat mendengar ucapan suster yang baru keluar ruangan.

Gavril menitipkan Devnath pada Santosa sebelum berjalan mengikuti suster menuju ruangan dokter. Devnath melihat Gavril berjalan menjauh berteriak histeris dan mulai menangis, Santosa berusaha menenangkan keponakannya dengan cara mengayunkannya, membohonginya dengan kata ada cicak padahal disana tak ada cicak seekorpun.

"Ayo sama Tante Inka, ya. Daddy mau nemuin dokter biar Mommy cepat sembuh." Walaupun sedang hamil Inka masih bisa menggendong Devnath.

"Kok gak mau?" Tanya Inka saat Devnath berontak minta turun dari gendongan tantenya.

"Sama Tante Lily mau? Main sama Afrin, ya." Livia berusaha mengangkat Devnath yang duduk diatas lantai rumah sakit dengan tangisan yang sangat kencang.

"Tuh, Afrinnya diem aja. Main berdua ya." Livia mendekatkan Devnath kearah anaknya, Edward menatap Afrin yang kini fokus pada Devnath yang masih menangis.

"Ti ti!" Teriak Devnath kencang dengan tangisan semakin kencang pula.

"Takut ditinggal sama Daddy? Iya? Nanti Daddy balik lagi, sama Tante Lily dulu, ya." Livia yang sudah tak sabar membawa Devnath keluar dari area lorong rumah sakit menuju taman kecil. Dia berusaha membujuk anak sahabatnya diluar karena kalau didalam pasti mengganggu pasien yang sedang berobat.

Di sisi lain, Gavril duduk dikursi ruangan dokter sembari menunggu dokter perempuan itu mencuci tangan. Setelah cukup lama menunggu akhirnya dokter perempuan dengan wajah sangat cantik dan manis itu kembali, dia duduk didepan Gavril di iringi helaan napas panjang.

"Mohon maaf sebelumnya, apa Ibu Zura akhir-akhir ini terlalu capek, atau sedang dalam kondisi stres?" Tanya Dokter perempuan itu membuat Gavril mengernyitkan dahinya pelan.

"Mungkin dua-duanya, kondisi istri saya baik-baik saja, kan?"

"Mohon maaf Pak Gavril, mungkin dedeknya masih mau main sama temennya di surga belum bisa dirawat. Jadi memilih pergi sebelum bertemu Papa dan Mamanya."

Deg, jantung Gavril terasa berhenti berdetak mendengar penjelasan perempuan didepannya. Istrinya selama ini hamil? Dan dia tak tahu akan hal itu? Azzura menyembunyikan kehamilannya dari dirinya? Suaminya sendiri? Ayah dari anak yang dikandungnya?

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang