Part 51

25.5K 3.3K 1.6K
                                    


Melati masih menangis melihat kondisi anaknya yang terbaring tak berdaya diatas ranjang kamar tidurnya. Saat mendapat kabar Gavril pingsan karena tak mau makan nasi, hanya minum kopi, rokok dan makan cemilan sejak seminggu yang lalu. Gavril yang awalnya tak makan mie instant sama sekali, sampai makan mie instant beberapa kali dalam seminggu ini. Melati sebagai ibu berusaha membujuk anaknya untuk makan, namun Gavril hanya menggeleng dan bergumam nama Azzura terus menerus.

Awalnya Melati menyalahkan Azzura karena meninggalkan Gavril sendiri dengan kondisi sampai seperti itu. Tapi saat Lerga memberitahu semua kesalahan Gavril maupun Melati. Rasa bersalahnya semakin menjadi, dia pernah merasakan tak disukai sosok ibu mertua dan saat ini dia sendiri menyakiti menantunya secara tak sadar. Dimana titik waras Melati? Kenapa bisa sampai segila itu membuat menantunya pergi dari rumah. Padahal dia selalu ingin menjadi mertua idaman, tapi nyatanya dia juga manusia yang penuh akan kesalahan dan kekurangan.

"Vril, Mama minta maaf kalau bikin istri kamu pergi. Mama sama Papa akan jemput Zura buat kamu." Melati menggenggam tangan anaknya yang terasa sangat panas. Mata masih terpejam dengan kepala menggeleng membuat Melati semakin merasa bersalah.

"Yang sudah ya sudah, perbaiki kedepannya. Stop bahas Vellin, entah tentang apapun itu yang menyangkut pautkan Vellin gak usah diomongin. Zura juga gak salah kalau pergi, ridhoi setiap langkah kaki istrimu, Vril. Disini kamu yang salah, kamu juga Mela. Kamu sudah tua, sudah memakan asam garam kehidupan bisa-bisanya bertingkah kayak bocah belasan Tahun membahas mantan. Kita gak ada yang tahu gimana Azzura menyimpan semua rasa sakitnya, berapa banyak pembahasan Vellin yang menumpuk dihatinya sampai dia pergi seperti sekarang."

"Vril, kdrt itu bukan hanya kamu melukai dia secara fisik tapi melukai secara verbal juga termaksud kdrt dimata Papa. Kamu menyakiti hati dan batinnya sama saja dengan kdrt, Vril. Belajar lebih menghargai keberadaan istri, Nak. Yang sudah tiada ya sudah, kita doakan semoga Vellin ditempatkan disisi paling baik disamping Tuhan. Tak perlu membahas bagaimana kalian dulu, tak usah membicarakannya lagi apalagi dengan istri yang saat ini menemanimu. Penyesalan juga sudah terlambat, dia sudah pergi. Kalau memang dia akan kembai, perbaiki sikap dan sifatmu. Jangan merasa jadi manusia paling benar dan paling mengerti orang lain meskipun itu istrimu. Tak ada orang yang paling mengerti seseorang kalau bukan dirinya sendiri."

Gavril masih diam saja, begitupun juga Melati. Hanya suara isak tangis Melati yang terdengar memenuhi kekosongan kamar Gavril. Gilbert yang duduk diatas sofa menatap anak istrinya bergantian, tak ada yang mau menjawab ucapan panjang lebarnya. 

"Mela, perbaiki diri kamu. Posisikan diri kamu sebagai Azzura, kalau aku bahas mantan kamu juga marah, kan? Padahal itu hanya ada kita berdua, bagaimana dengan Azzura? Kamu sebagai mertua bukannya memposisikan seperti ibu kandung tapi malah memulai sebuah pertikaian."

"Zura kemana ya? Kasihan banget dia sendiri."

"Mel, Zura gak mau hidup dengan rasa kasihan orang lain. Bukan cuma Zura, tapi semua orang gak ada yang mau dikasihani dengan kehidupannya. Kamu jatuhnya sombong kalau gitu, karena kamu merasa lebih diatasnya dan dia ada dibawah kamu makanya kamu bisa kasihan. Kita ini keluarganya, orang tuanya, gimana bisa kamu bilang dia sendiri. Kita akan cari Zura, ke ujung dunia pun aku sebagai Papanya akan mencari Azzura."

Gilbert sudah naik pitam saat Lerga menjelaskan semuanya. Sepertinya dia sebagai sosok suami dan ayah lalai dalam mengawasi anak istrinya, dan saat ini sepertinya istri serta anaknya perlu diberi pengarahan. Melati hanya mengangguk dengan air mata terus mengalir, isakannya juga terdengar semakin jelas.

"Mommy udah gak mau jaga Meli sama Daddy?" Tanya Melisya berdiri diambang pintu kamar orang tuanya. Gilbert menelan ludahnya susah payah saat melihat Melisya, dia mengira Melisya masih berada ditempat les jadi membicarakan masalah Azzura saat ini bukan hal yang salah. Tapi ternyata cucunya sudah kembali.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang