Part 7

30.1K 2.5K 150
                                    

Langkah kaki pelan dari seseorang yang baru memasuki rumah membuat perempuan yang sedang mengambil minum di dapur menajamkan indra pendengarannya. Apakah dia salah dengar? Tak mungkin di tengah malam anak buah suaminya masuk rumah utama karena hal itu tak di perbolehkan oleh Gavril. Azzura menelan air putihnya dengan cepat sebelum berdiri dari duduknya, dia berjalan pelan ke arah pintu yang mengarah pada ruang keluarga.

Azzura memegang gelasnya dan duduk berjongkok di belakang guci besar, karena rasa takut serta berdebarnya jantung Azzura. Perempuan muda itu sampai menahan napasnya untuk beberapa saat. Dia takut kalau hantu yang memasuki rumahnya menyadari keberadaan Azzura yang tengah bersembunyi di belakang guci.

"Mas?" panggilnya saat melihat punggung kokoh suaminya berdiri membelakanginya untuk mengambil minum di kulkas.

Lelaki jangkung dengan kemeja biru tua itu menoleh, dia mengernyitkan dahinya pelan saat melihat istrinya berjongkok di belakang guci. Kedua tangannya memegang sebuah gelas berisi air putih yang masih separuh.

"Kamu ngapain, baby?" tanya Gavril sembari mengambil sebotol air mineral. Dia membuka tutup botolnya dengan sekali putaran sembari berjalan mendekati Azzura.

Azzura segera berdiri dari duduknya dan berlari kecil mendekati suaminya. Dia mendongak di iringi senyum manis, tangan kanannya terangkat dengan jari telunjuk memegang jakun Gavril yang naik turun karena menelan air. Posisi Gavril yang mendongak saat minum segera membelalakkan matanya merasakan usapan lembut jari istrinya di jakunnya.

"Aku kira tadi setan, makanya aku ngumpet. Gak tahunya kamu pulang." Gumam Azzura pelan, Gavril terkekeh pelan dan menarik istrinya kedalam pelukannya. Bibirnya mencium kening Azzura dengan gemas, sudah menjadi ibu tapi pikirannya masih sembarangan seperti ini. Ya walaupun ibu tiri tapi tetap saja hitungannya menjadi ibu.

"Ganteng gak hantunya?" tanya Gavril, dia menunduk dengan bibir terbuka sedikit untuk mengatur napasnya yang mulai memburu. Azzura memeluk pinggang Gavril dengan kepala mendongak, ujung hidung Gavril menggesek ujung hidung Azzura dengan lembut.

"Ganteng, ganteng banget malahan." Balas Azzura tak kalah pelan dari Gavril.

Bibirnya menyunggingkan senyum sangat manis sebelum mencium bibir istrinya sangat pelan dan lembut. Matanya terpejam dengan napas memburu. Kedua tangannya mengusap punggung mungil istrinya dan sesekali menekannya dengan kuat agar semakin masuk kedalam pelukan Gavril.

"Ke kamar, Mas capek kalau harus nunduk terus." Bisik Gavril pelan, Azzura mengangguk.

Kedua tangan Gavril mengangkat tubuh istrinya, kaki Azzura melingkar di pinggang Gavril dengan bibir masih bertautan. Dengan cepat Gavril berjalan menuju lift, jangan sampai Melisya tengah malam terbangun dan melihat sesuatu yang mereka lakukan seperti beberapa bulan lalu.

"Ya Tuhan, kasihanilah hambamu yang jomblo ini. Pengen ciuman juga." Gumam gadis muda yang berdiri di belakang pintu taman belakang. Rencananya dia akan mengambil buah yang di minta pengawal Gavril, dia sebagai asisten rumah tangga yang bisa keluar masuk lewat dapur tentu saja mengiyakan karena pengawal Gavril saat malam tak boleh masuk rumah utama, kecuali Fiko.

"Mau juga, Les?" bisik suara serak dari arah belakang tepat di samping telinga Lesi. Gadis itu menegang dengan mata membelalak, dia menelan ludahnya susah payah saat tangan kekar memeluk pinggangnya dari ara belakang.

"Mas Fiko mabuk?" tanya Lesi dengan suara bergetar.

"Enggak, saya masih sadar walaupun habis minum. Kamu mau kayak apa yang di lakukan Pak Gavril dan Non Zura? Saya bisa memberikannya."

"Astagfirullah, Tuhan saya masih mau gadis sampai menikah sama suami saya kelak." Teriak Lesi sembari melepaskan rangkulan tangan Fiko, dia berlari menuju paviliun samping rumah utama.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang