Mohon maaf kalau ada kesalahan typo, kata kurang jelas atau hal lain. Karena saya juga tak luput dari dosa dan kesalahan. Saya juga masih manusia biasa walaupun ada titisan mermaid, tapi dikit banget.
Happy reading.~~~
Melati duduk di teras rumah lama Gavril bersama Elisa. Ibu dua anak tersebut sedang menemani anaknya bermain dan kebetulan melihat Melati, jadi sekalian berkenalan dan mengobrol. Sosok Melati yang mudah berbaur dan Elisa gampang masuk ke obrolan apa saja membuat mereka gampang akrab.
"Orang tua Zura sudah pulang semua?" Tanya Elisa sembari melihat anaknya dan Melisya yang sedang bermain di teras rumah. Dua perempuan tersebut duduk di atas kursi depan rumah Gavril, menikmati secangkir teh hangat serta roti bakar yang di sediakan Melati.
"Tadi malam setelah Azzura bercerita panjang lebar mereka memutuskan untuk pulang. Tapi gak tahu kelihatannya Mbak Lita menginap di hotel, mau pulang kerumahnya juga jauh, kan."
"Aku gak nyangka loh Mbak Lita juga tega sama Zura sampai kayak gitu. Padahal dulu sayang banget sama Zura, merelakan di sakiti Mas Ervi dan berjuang untuk Zura. Eh sekarang malah gitu."
Melati tekekeh pelan, dia tak mau terlalu menanggapi ucapan Elisa. Karena biar bagaimanapun Ervi dan Lalita adalah orang tua Azzura yang tak lain adalah menantunya. Dia membicarakan Lalita maupun Ervi sama saja dia membuat Azzura sedih.
"Namanya manusia, Mbak."
"Alex umur berapa?" Tanya Melati mengalihkan pembicaraan dari masalah keluarganya.
Tatapan Elisa beralih pada Alex dan Melisya yang bermain rumah-rumahan, semua mainan Alex yang di sukai Melisya dia bawa. Seperti robot, mobil-mobilan dan mainan lain. Melisya mengajak Alex bermain rumah-rumahan. Karena di rumahnya ada banyak mobil jadi Melisya meminta Alex membawa banyak mobil, karena di rumahnya banyak asisten rumah tangga serta pengawal milik Gavril. Melisya jadi meminta robot untuk menggantikan posisi asisten rumah tangga serta pengawal.
"Sama seperti Meli, tujuh Tahun."
"Alex, sudah sunat?" Tanya Melisya menatap Alex. Anggukan pelan serta malu-malu Alex membuat Elisa menggeleng pelan.
"Meli boleh lihat burungnya Alex, Ma?" Tanya Alex menoleh menatap Elisa.
Mata membelalak Elisa menjelaskan kalau tak boleh. Helaan napas panjang serta kesal Alex membuat Melisya mengernyitkan dahi heran, dia menoleh dan menatap wajah Alex yang sedang menunduk. Memperhatikan wajah Alex dari bawah dengan senyum manis.
"Kata Daddy badan kita itu yang boleh lihat cuma kita sendiri, Alex. Kamu gak usah sedih. Tubuh Meli juga gak boleh di lihat siapapun kecuali Mommy sama Meli."
"Kenapa Tante Zura boleh?"
"Kan Mommy Zura ibunya Meli," jelas Melisya pelan.
"Tante Zura baru jadi Mommy kamu, apa nanti Mamaku juga bisa ganti kayak ibu kamu ya, Mel." Gumam Alex pelan, namun gumaman Alex terdengar jelas di telinga Elisa.
"Kamu doain Mama kamu mati, Lex?" Tanya Elisa menggebu. Alex hanya menggeleng pelan.
Dia memang tahu apa arti kata mati, dulu pernah dia memelihara ikan cupang. Setelah tiga hari di pelihara penuh kasih sayang, ikan tersebut pergi untuk selamanya dan kata Ridwan ikan itu mati. Jadi Alex menyimpulkan kata mati adalah kepergian untuk selama-lamanya. Dan dia tak mau Elisa pergi selamanya.
"Alex, jangan bikin Tante Zura emosi ingat itu. Jangan bicara macem-macem apalagi tentang Kak Kenzo, Kenzi maupun Kak Alvi." Tegur Elisa sebelum meninggalkan kediaman Gavril. Elisa sebelumnya sudah berpamitan pada Melati karena sebentar lagi suaminya akan berangkat bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...