Kediaman Gavril saat ini sedang ramai karena akan ada acara syukuran tujuh bulanan kehamilan Azzura. Kejadian yang selalu Azzura tunggu dalam hidupnya adalah melaksanan tujuh bulanan seperti hari ini. Dulu, dia pernah melihat seseorang melakukan acara seperti ini. Dan dia berdo'a agar bisa merasakannya juga.
"Buncit," panggil Lerga melihat Azzura berdiri di depan rumah dengan dress panjang sangat indah membalut tubuh ibu hamil itu.
Lerga turun dari mobil bersama kedua orang tuanya, kebetulan orang tua Lerga bisa pulang untuk mendatangi acara tujuh bulanan dari istri keponakannya. Memang orang tua Lerga masih suka riwa-riwi keluar kota maupun keluar negeri padahal sudah ada Lerga yang sangat sanggup menggantikannya.
"Tante, Kak Lerga tuh." Adu Azzura dengan bibir mengerucut, tangannya berkacak pinggang menatap Lerga sangat kesal. Ibu dari Lerga sudah menjewer telinga anaknya dengan gemas.
"Gak usah godain Azzura, harusnya kamu do'a biar bisa cepet dapet istri. Mama juga pengen gendong cucu, Melati aja udah mau dua masa iya Mama satu aja belum." Omelnya, tangannya sudah terlepas dari telinga Lerga dan meninggalkan jejak berwarna merah bekas tarikan jarinya.
"Cucunya dulu mau gak? Nanti mantunya nyusul,"
"Tak potong burungmu kalau cuma bisa bikin anak gak bisa cari rumahnya," imbuh papanya sembari berjalan meninggalkan Lerga untuk memasuki rumah menemui Gilbert yang sudah lama tak dia jumpai.
Azzura tertawa kencang mendengar omelan orang tua Lerga. Mereka memang sama saja dengan Melati dan Gilbert, sama-sama suka menggoda anaknya. Dan beruntungnya Azzura di pertemukan dengan Gavril serta keluarga besarnya yang menerima Azzura tanpa memandang siapa perempuan itu. Bagaimana latar belakangnya, bagaimana kisah masa lalu maupun keadaannya saat ini.
Mereka akan tersenyum dan memberi kata positif untuk Azzura, memberikan kata-kata penenang yang mampu membuat dirinya merasa baik lagi. Tak pernah menghakimi Azzura dalam hal apapun, tak pernah mengungkit masalah orang tua maupun hal buruk lain tentang keluarganya. Mereka benar-benar menjaga Azzura tetap nyaman dan merasa aman di dalam keluarga besar Gavril.
"Om," sapa Gavril sembari mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. Lelaki itu baru keluar setelah mandi dan mengenakan baju koko serta celana bahan berwarna hitam seperti biasa.
"Wah, udah mau jadi ayah nih. Selamat ya, Nak."
"Makasih, Om." Gavril tersenyum tipis menanggapi ucapan pamannya.
"Kan Daddy memang ayah, ayahnya Meli." Celetuk suara Melisya membuat semua orang yang sedang duduk di ruang tamu menatap Melisya dengan tatapan mata shock.
Gilbert berdeham pelan dan mendekati cucunya, dia mengangkat Melisya lalu mendudukkan bocah itu di pangkuannya. Mengusap punggung mungil Melisya sangat lembut dan penuh kasih sayang.
"Maksudnya itu mau jadi ayah lagi, kan sebelumnya cuma punya Meli. Jadi sekarang akan ada adik kecil Daddy mau jadi ayah lagi, ngerti kan?" Gilbert yang sebetulnya tak mengerti dengan ucapannya sendiri berusaha keras untuk tetap tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...