Part 64

24.1K 3.2K 428
                                    

Teriakan demi teriakan sekumpulan lelaki dilapangan basket rumah Gavril membuat Azzura bergegas menyelesaikan kegiatannya membuat minum. Hari ini adalah hari sabtu, mereka semua libur. Dan pagi ini mereka berkunjung sebentar untuk main basket sebelum Gavril dan keluarganya berkunjung ke rumah yang sudah dibangun ketiga kakak Azzura. Sebenarnya mereka berniat berangkat pagi, tapi tiba-tiba Gilbert ada meeting yang tak bisa ditinggalkan jadi mundur sedikit bukan hal yang salah.

"Mas kamu kok gak kayak bapak-bapak, ya?" Tanya Azzura yang baru selesai menaruh nampan minumnya diatas meja samping lapangan basket miliknya. Gavril yang masih mendrible bola menghentikan gerakan tangannya, dia menoleh dan menaikan sebelah alisnya menunggu lanjutan ucapan sang istri. Sedangkan Bachtiar dan Lerga sudah berdecak kesal, mengganggu saja Azzura, begitu pikir mereka.

"Maksudnya?" Tanya Gavril balik, dia sudah cukup lama menunggu lanjutan ucapan istrinya namun Azzura diam saja sembari memperhatikan dirinya.

"Yaelah, gitu aja gak ngerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaelah, gitu aja gak ngerti. Maksud bini lo itu, lo gak kayak bapak-bapak tapi kayak ibu-ibu. Iya, kan Ra?" Sahut Bachtiar.

"Tolol, maksudnya tuh gak kayak bapak-bapak tapi udah kayak kakek-kakek. Ini paling bener." Bantah Lerga ikut nimbrung. Sedangkan Vernandi, Tio, Edward dan Santosa lebih memilih diam. Daripada harus ikut berbacot ria bersama dua sahabatnya yang masih bujang.

"Gue libas habis lo berdua!" Dengkus Gavril kesal.

Gavril berjalan menghampiri istrinya untuk minum, disusul Bachtiar dan yang lainnya. Mereka duduk diatas rumput taman sembari menikmati minuman yang dibuat kanjeng ratu Azzura.

"Apa namanya itu? Bola." Ujar Azzura melihat anaknya berlari mengambil bola basket ayahnya.

"Ya,"

"Iya bola namanya. Adek gak kuat, dipegang aja. Kayak Afrin tuh." Tegur Azzura saat Devnath berusaha mengangkat bola basket di tengah lapangan.

"Lihat, Afrin pegang bolanya. Gak diangkat." Imbuh Livia saat Devnath masih berusaha mengambil bola basket tersebut.

Melihat temannya duduk diam memegang bola Devnath berjalan mendekati Afrin. Duduk didepan Afrin ikut memegang bola yang sama. Azzura sudah duduk dibelakang tubuh Devnath untuk berjaga-jaga siapa tahu jiwa usil Devnath muncul.

"Yi ya," ujar Devnath riang, kedua tangannya masih memukul bola sangat kuat.

"Apa sih, Ra?" Tanya Livia yang tak faham.

"Afrin bola," koreksi Azzura yang sudah faham betul kamus kata Devnathan.

"Ih Afrin pertama kali lihat kamu ketawa, Dek." Ujar Azzura sangat antusias. Livia ikut menunduk untuk menatap anaknya yang ternyata benar sedang tertawa menatap wajah Devnath. Pada dasarnya Devnath juga sangat receh melihat orang lain tertawa dia akan ikut tertawa, melihat orang lain menangis dia juga akan menangis bahkan lebih kencang. Tak mau kalah pokoknya.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang