Part 23

30K 2.4K 303
                                    

Part ini sangat-sangat panjang, Bestie. Dengerin lagu di atas. Biar gak gabut, sambil meresapi kisah di bawah. Kalau gak mau meresapi mereskambing juga gak apa-apa.
Happy reading, pembaca cerita author gigi kelinci.

~~~

Azzura duduk berdampingan dengan Rena di sebelah kiri dan Allera di sebelah kanan. Livia dan Inka duduk berhadapan untuk menikmati es krim yang sangat enak menurut mereka, setelah perjalanan panjang dan mabuk kendaraan. Memakan es krim adalah hal paling enak untuk Inka. Sedangkan Livia hanya menemani Inka agar gadis itu tak sendiri.

"Pakai jaket aku, ya. Dingin, Sayang." Vernandi menyampirkan jaket berwarna hijau miliknya di pundak Allera sebelum berjalan meninggalkan calon istrinya menuju tempat sahabatnya. Sebelumnya dia menyempatkan untuk mengusap puncak kepala Allera sebelum beranjak.

"Sa ae berondong tua!" Teriak Rena lumayan kencang. Vernandi yang sedang menarik kursi di samping Gavril menoleh dan mengacungkan jari tengahnya untuk Rena.

"Kak, gue punya tebakan." Ujar Azzura sembari memasukkan tahu goreng kedalam mulutnya.

"Apa?"

"Tahu, tahu apa yang rame?" Azzura bertanya setelah menelan tahunya. Dia menoleh menatap Allera dan Rena bergantian.

"Tahu yang rame? Tahu di pasar?" Jawab Allera dengan wajah bingung.

"Salah. Apa Kak Ren?"

"Tahu yang di buat rebutan?"

"Halah, tahu lima ratus aja dibuat rebutan. Beli sendiri dong." Sahut Allera yang di balas tatapan tajam Rena.

"Nyerah?" Tanya Azzura, dia menahan tawa melihat wajah kedua kakaknya yang nampak kebingungan.

"Sini Zura bisikin," kedua tangan Azzura merangkul Allera dan Rena membuat dua gadis itu mendekatkan kepalanya ke arah Azzura.

"Tahuran," ujar Azzura singkat padat dan jelas.

"Kampret!" Teriak Rena dan Allera bersamaan. Bahkan Gavril dan yang lain sudah menoleh mendengar teriakan Allera dan Rena.

Setelah tertawa cukup lama Azzura, Rena dan Allera kembali mengobrol sembari menikmati kue pasar yang ada di sana. Azzura juga bercerita panjang lebar tentang kejadian yang dia alami beberapa waktu lalu saat pulang dari pasar dan di tumpangi oleh Nita. Rena hanya berdecih pelan sembari menatap Nita yang duduk di sebelah bapak dan ibunya. Sedangkan Allera sudah mengeluarkan kata-kata pedasnya mengomentari cerita Azzura.

"Mukanya perasaan biasa aja, kok bisa jadi kembang desa?" Tanya Rena berbisik. Azzura menghendikkan pundaknya tak tahu. Dia hanya di beri tahu oleh warga di sana kalau Nita adalah kembang desa, entah karena anak lurah atau memang menurut warga sana Nita sangat cantik.

"Kembang banyak jenisnya kali, Ren. Bisa aja kembang bang ... " Belum sempat Allera melanjutkan ucapannya Nita sudah berjalan ke arahnya dengan senyum manis.

Rena berdeham pelan untuk menetralkan ekspresinya yang hampir tertawa karena ucapan Allera. Dia tahu bunga apa yang di maksud sahabatnya. Sedangkan Azzura menunduk untuk menyembunyikan wajah memerahnya lantaran tertawa cukup pelan.

Nita menarik kursi dan duduk di seberang meja tempat Azzura dan Rena duduk. Dia menaruh beberapa cupcake yang Allera yakini itu semua beli. Dia sangat ahli dalam menilai hal seperti itu.

"Di nikmati, Kak. Makanan seadanya." Ujar Nita dengan senyum manis menatap Rena.

Rena menaikan sebelah alisnya dan tersenyum tipis, anggukan pelannya membuat Nita menghembuskan napas panjang. Wajah datar serta garang Rena sungguh membuat bulu kuduknya berdiri. Mulai dari ekspresi, gestur tubuh dan tatapan mata milik Rena tak ada yang bisa menandinginya.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang