"Sayang?" Panggil Gavril pelan saat memasuki kamarnya. Lampu yang sudah di matikan tinggal lampu tidur saja yang menyala membuat Gavril melangkahkan kakinya sangat pelan. Dia takut mengganggu istrinya yang kemungkinan besar sudah tidur.Melisya yang masih bermain di depan rumah dengan Bachtiar dan yang lain membuat Gavril bisa leluasa membujuk bayi besarnya. Dengan gerakan semakin pelan, Gavril mulai menaiki ranjang dan menyibakkan selimut yang membungkus seluruh tubuh Azzura. Berbagi satu selimut bersama seperti biasanya. Tangan kiri Gavril dia selipkan di bawah kepala Azzura, sedangkan tangan kanannya memeluk pinggang istrinya.
"Sayang, bujuk Mommy biar gak ngambek dong. Gak kasihan sama Daddy yang udah kangen berat sama Mommy?" Gumam Gavril pelan, tangannya kini mengusap perut rata istrinya dengan gerakan sangat lembut.
Tatapan mata Gavril tak lepas dari wajah cantik istrinya, mata terpejam namun bibir mengerucut membuat Gavril tersenyum tipis. Kemungkinan besar sebentar lagi Azzura akan membaik suasana hatinya.
"By, udah dong ngambeknya. Kamu gak kangen sama Mas?"
"Enggak lah, ngapain kangen sama cowok yang gak inget status. Udah punya istri tapi masih ngaku duda." Sahut Azzura cepat dengan nada naik satu oktaf.
Gavril semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Azzura, bibirnya mencium pipi bulat istrinya sangat gemas. Padahal dia tak ada niatan mencari perhatian perempuan lain, dia juga tak pernah berkata kalau dia duda. Tapi Gavril juga tak berkata kalau sudah berkeluarga. Bukan karena ingin cari perhatian wanita lain. Tapi dia merasa tujuan kesana hanya membuat pabrik, jadi kehidupan pribadinya tak perlu di ketahui orang lain juga bukan hal yang salah. Tapi entah siapa yang menyebarkan berita kalau Gavril masih duda.
"Mas gak pernah ngaku masih duda, By. Tapi Mas juga tak pernah berkata kalau sudah berkeluarga."
"Tuh kan, harusnya Mas bilang kalau udah punya istri yang cantik, imut, manis, masih muda juga. Pokoknya ini semua salah Mas." Dengkus Azzura kesal, dia melirik suaminya sangat tajam.
"Iya ini semua salah Mas, Sayang. Mas minta maaf sama kamu. Tapi kalau ada yang tanya status, pasti Mas bilang kalau sudah punya istri. Masalahnya gak pernah ada yang nanya, Mas juga gak kepikiran kalau mereka menyimpulkan sendiri tentang status Mas. Mas kira mereka gak peduli sama status yang Mas punya." Jelas Gavril panjang lebar.
Azzura memiringkan tubuhnya menghadap suaminya, dia mencubit dada Gavril penuh dendam. Gavril yang merasakan sakit serta perih memejamkan kedua matanya dan mengigit bibirnya untuk meredakan rasa sakitnya. Cubitan Azzura sungguh menyakitkan, lebih baik di gigit daripada di cubit. Itu menurut Gavril.
"Besok bawa aku jalan-jalan, biar semua orang tahu kalau kamu udah punya istri."
"Iya, sayang. Nanti Bachtiar biar nyablon sepuluh meter dengan foto kamu di sana dan di tulis. Istri Gavril Aillard Armish yang cantiknya ngalahin bidadari, imutnya ngalahin boneka Barbie."
Azzura tersenyum sumringah dan menggeleng pelan, dia menarik tubuh suaminya agar lebih dekat dan menyembunyikan wajahnya tepat di depan dada Gavril. Lelaki dewasa tersebut sangat gemas dengan tingkah istrinya. Berakhir dia menghujani ciuman-ciuman lembut di sekitar wajah Azzura.
"Eh apa? Kamu kangen Daddy?"
"Hah? Apa sih, Mas?" Tanya Azzura heran, Gavril tersenyum menaik dan menaik turunkan kedua alisnya dalam tempo cepat.
"Kamu gak dengar? Tadi ada teriakan gini, 'Daddy dedek kangen, pengen di jenguk' gitu, Sayang."
"Itu mah mau kamu aja,"
"Boleh, kan?" Anggukan pelan Azzura, membuat segera menindih tubuh mungil istrinya sebelum melakukan ritual menjenguk calon anaknya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
Lãng mạnKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...