Awali awal bulan dengan kisah Gavril cs.
Maaf kalau ada salah kata, titisan mermaid juga tak luput dari kesalahan loh.
Happy Reading.~~~
Gavril mengangkat anaknya sangat pelan yang sedang tidur dirumah Livia. Hari yang semakin sore dan mendung mulai datang membuat mereka semua berpamitan untuk pulang. Kapan-kapan, kalau ada waktu luang mereka janji akan mengunjungi Afrin atau tidak Livia yang diminta main kerumah teman-temannya.
"Nanti main kerumah Devnath, ya." Ujar Azzura, dia mencium kedua pipi anak Livia sangat gemas. Devnath yang masih tidur digendongan daddynya membuat Azzura tenang, tak ada tanda-tanda anaknya akan mencakar ataupun memiliki rasa gemas dengan Afrin yang memang terlihat sangat tampan.
Gavril yang sedang menggendong Devnath hanya menangkupkan tangannya didepan dada. Livia yang mengerti ikut menangkupkan tangannya juga dengan senyum manis. Yang terakhir Edward berdiri menjulang didepan Livia dengan tatapan mata mengarah pada wajah Afrin. Livia mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Edward, perlahan Edward menerima uluran tangan Livia. Tangan perempuan yang sudah lama dia cari, menyentuh tangan perempuan yang selalu menghantui dirinya lewat mimpi.
"Om pulang ya, Afrin. Nanti main lagi." Ujar Edward pelan, ibu jarinya mengusap dahi bayi yang berusia tiga bulan digendongan ibunya.
"Makasih udah main, Om." Livia melambaikan tangan kanan Afrin dan mengecilkan suaranya khas anak kecil.
Vernandi, Tio, Santosa, Bachtiar, Lerga dan Edward melambaikan tangan kanannya. Sedangkan yang perempuan masih memeluk tubuh Livia dan berbisik.
"Besok kita kesini lagi, tanpa mereka. Lo cerita semuanya, Lil. Jangan sampai ada yang tertinggal." Bisik Rena pelan sembari memeluk tubuh Livia.
"Makasih, Ren."
Saat mobil sahabatnya sudah keluar pekarangan, Livia tersenyum dan melambaikan tangan mungil anaknya. Senyum yang awalnya menghiasi bibir tipisnta kini berubah menjadi tatapan sendu. Tanpa terasa air matanya mengalir tanpa diminta, tubuh mungilnya berjongkok didepan pintu dengan Afrin masih ada digendongannya.
"Mama gak kuat, Dek."
~~~
Azzura berjoget bersama Melisya didepan televisi, sedangkan Devnath duduk dipangkuan Gavril yang sedang bersantai disofa sembari menikmati goyangan Azzura yang semakin menjadi. Apakah Devnath duduk anteng dipangkuan ayahnya? Tentu saja tidak. Bocah itu terus bergerak kekanan dan kiri minta diturunkan. Namun dengan kukuh Gavril masih mengurung tubuh gembul anaknya.
"Nyanyi, Dek." Azzura mengarahkan mikrofon kearah Devnath dengan tubuh masih bergoyang mengajak anaknya bergoyang.
"Aaaa..." Teriakan kencang Devnath membuat Azzura segera menarik mikrofonnya dengan mata membelalak.
"Gak enak suaramu, enak suara Mommy." Gavril tersenyum miring mendengar ucapan istrinya. Memang dia berharap bayi yang baru delapan bulan akan mengeluarkan suara seperti apa?
"If you're happy and you know it clap your hands," Suara Azzura melengking sangat tinggi, Gavril mendengar lagu istrinya segera menepukkan tangan Devnath dan menggoyangkan tubuhnya kekanan dan kiri.
Devnath tertawa bahagia karena merasa diajak bermain, apalagi Melisya yang terus berputar didepan wajahnya. Senyum mengembang kakaknya mampu membuat Devnath ikut tertawa.
"Udah Mommy capek," gumam Azzura sembari mematikan mikrofonnya setelah menyelesaikan satu lagu anak-anak untuk yang terkahir. Dia merebahkan tubuhnya diatas permadani, merentangkan kedua tangannya dengan tatapan mata mengarah pada lampu besar diatasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomansaKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...