Sore ini, Gavril sengaja pulang sedikit lebih cepat karena ada janji bersama para sahabatnya untuk menjenguk anak Allera yang sudah lama lahir tapi dengan tidak tahu dirinya para om dan tantenya belum ada yang menjenguk. Setelah liburan semua kerjaan menumpuk membuat Gavril dan kawan-kawan kuwalahan dengan kerjaannya sendiri. Sedangkan para perempuan sedang hamil terkadang moodnya naik turun tak tentu jadi lebih suka berdiam diri dirumah."Ti ti..." Teriak Devnath menyambut Gavril diteras rumah. Melihat anaknya terlihat sangat tampan Gavril bergegas turun dari mobil dan menghampiri Devnath.
"Udah ganteng banget, mau kemana? Ketemu adek?" Tanya Gavril sembari mengangkat anaknya dan menggendongnya. Membawa masuk rumah lagi, entah siapa yang membuka pintu utama yang jelas Gavril pulang pintu itu sudah terbuka. Padahal Gavril maupun Azzura sudah sangat mewanti-wanti setiap pekerja dirumahnya untuk tak membuka pintu utama kecuali mereka sedang keluar masuk.
Pernah suatu hari Devnath baru saja bisa berjalan dan pintu utama terbuka. Dia berjalan terus keluar rumah, turun dari anak tangga depan rumah tanpa berpikir dua kali atau mungkin Devnath belum mengerti kalau turun dari tangga tak hati-hati bisa membuat jatuh. Dan ya, bayi super aktif itu turun dari tangga dan berakhir terjatuh hingga anak tangga paling bawah. Azzura panik bukan main segera membawa anaknya ke dokter. Untungnya bayi itu tak terluka yang serius, menangis histeris karena takut dan mempunyai luka goresan dikening dan hidungnya.
"Buruan mandi, Kak Rena udah sampai rumah Kak Lera." Ujar Azzura yang juga sudah siap. Dia duduk diruang tamu sembari mengawasi anaknya sedari tadi.
Gavril hanya mengangguk dan menyerahkan Devnath pada istrinya terlebih dahulu sebelum berjalan cepat menuju kamarnya. Saat berpapasan dengan Melisya yang membawa jajan dan berjalan menghampiri ibunya tangan Gavril menyempatkan untuk mengusap puncak kepala anaknya sangat lembut. Melisya tersenyum manis menatap ayahnya.
"Iiii!" Teriak Devnath kencang melihat Melisya membawa jajan.
"Adek gak boleh, ini bukan untuk dibawah satu Tahun. Jajan adek ada disana." Melisya menyembunyikan keripik sayur dan buahnya dibelakang tubuh saat Devnath meliuk digendongan Azzura.
Azzura menahan tubuh anaknya sekuat tenaga saat bayi itu berusaha meraih tangan kakaknya. Devnath terus berontak dan berbicara kata tak jelas, namun Azzura menyimpulkan kalau anaknya sedang mengomel karena gerakan bibirnya sangat cepat dan sedikit berteriak.
"Ambilin biskuit Adek, Kak." Perintah Azzura yang langsung di iyakan oleh Melisya. Gadis cantik dengan rambut di ikat menjadi satu dan poni pendek menutupi dahinya membuat Melisya terlihat sangat cantik dan anggun.
"Adek mau ini?" Melisya menggoyangkan satu bungkus biskuit milik Devnath.
"Ambilin satu aja, habis itu ditaruh tasnya Kakak boleh? Nitip."
"Boleh, tas Meli masih muat banyak."
Gavril yang sudah selesai mandi dan berganti pakaian tersenyum hangat melihat interaksi keluarga kecilnya. Walaupun terkadang Azzura sangat menjengkelkan dan sangat sulit diminta bersabar tapi Gavril mengakui kalau Azzura adalah ibu yang baik untuk putranya maupun untuk Melisya. Tak pernah ada perbedaan kasih sayang antara anak kandung dan anak sambung, saat Melisya salah Azzura tetap akan menegurnya dan saat benar Azzura akan memuji dan memberi apresiasi dengan cara membuatkan kue keinginan anaknya.
"Ayo, telat banget nanti." Ajak Gavril membuat Azzura maupun Melisya menoleh bersamaan. Sedangkan Devnath masih sangat fokus pada biskuit ditangannya, mau ada hujan, petir, guntur ataupun angin ribut yang paling penting menurut Devnath adalah makan.
Gavril berjalan lebih dulu menuju mobilnya disusul Azzura, perempuan muda itu duduk didepan dan Melisya ada dibelakang. Memang Gavril tak membawa sopir karena setelah dari rumah Vernandi mereka akan makan malam bersama dimana tempat itu adalah rekomendasi dari Bachtiar dan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
Roman d'amourKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...