Part 50

28.6K 3.5K 3.3K
                                    

Typo dan kesalahan kata harap di maafkan karena manusia biasa tempat salah dan dosa. Silahkan mencari backsound lagu sad biar mendalami. 😘
Happy reading.

~~~

Tangan bergetar, mata memerah, air mata mulai mengalir tanpa disadari membuat beberapa lelaki yang ada didepannya menatap Gavril heran. Ponsel terjatuh begitu saja membuat Edward segera mengambil ponsel sahabatnya. Dia tadi tak sengaja bertemu Gavril setelah membelikan pampers untuk anaknya. Jadi Edward mendekati Gavril yang berdiri disamping jalan raya dekat perumahan mewah yang Edward yakini milik salah satu sahabatnya, Vernandi tinggal disana. Edward berpikir mungkin Gavril akan kerumah Vernandi.

"Lo ada masalah apa sih sama Zura?" Tanya Edward saat membaca pesan Azzura.

"Gue keterlaluan ya sama Zura?" Edward menaikan sebelah alisnya mendengar pertanyaan itu. Dia saja tak tahu masalah apa yang dialami mereka berdua, jadi tak bisa menyalahkan salah satu pihak.

"Gue gak sadar selalu bahas Vellin sama Zura, gue gak ngira bahasan-bahasan kecil yang gue obrolin selama ini bikin Azzura pergi dari rumah. Dia ninggalin gue sama anak gue, Ed. Mereka pergi ninggalin gue sendiri." Gavril mengepalkan tangannya sangat kuat, sampai sebuah pohon besar menjadi sasaran untuk meluapkan emosinya.

"Gue yakin dia akan pulang," Edward menepuk pundak Gavril sebelum mengulurkan sapu tangannya.

"Lo sadar gak sih kalau lo sebenarnya juga sayang sama Vellin, lo gak sadar kalau obrolan lo selalu berputar tentang Vellin?" Tanya lelaki yang baru datang. Gavril hanya menunduk menatap darahnya menetes diatas tanah, sapu tangan Edward tak dia ambil karena merasa tak perlu.

"Vril, walaupun gue sepupu lo tapi gue juga tahu sakitnya jadi Zura. Lo ngomong bikin adik tepat didepan bini lo sendiri loh waktu Fiko lamaran, gak ada perempuan yang gak sakit hati denger suaminya ngomong gitu walaupun bininya dulu udah meninggal. Lo bukannya gak sadar, lo cuma buta kayak Edward waktu dia pergi baru sadar. Kisah klasik tai anjing, Bangsat!" Lerga menonjok tepat dipipi Gavril.

"Ler," Edward menarik tubuh tinggi Lerga yang menatap tajam Gavril.

"Dia menumpukan harapan cuma sama lo, dia kehilangan kakaknya, dia ditinggal orang tuanya. Kalau lo juga jadi bajingan dia sama siapa, Bangsat! Dia bakal pulang kemana? Lo sadar gak sih? Lo selalu menganggap diri lo paling ngerti bini lo tapi lo sendiri yang nyakitin dia, Gavril! Dimana otak lo?"

"Kak Gavril, bukannya aku ikut campur. Tapi Kak Ken itu sayang banget sama Zura, Kak Ken berusaha bikin adiknya bahagia walaupun mereka gak bisa bareng setelah Om sama Tante pisah. Kak Ken punya tiga tabungan satu buat masa depan kita, satu buat usaha dan yang satunya buat Azzura. Kak Ken bukannya gak percaya sama Kak Gavril tapi Kak Ken jaga-jaga siapa tahu nanti Azzura butuh uang sendiri. Bukan cuma Kak Kenzo, tapi Kak Kenzi dan Alvi juga sama. Awalnya Kak Kenzo itu juga ragu waktu Kak Gavril mau nikahin adiknya, tapi dilihat dari perlakuan Kakak selama ini dia yakin lagi, dia terus bilang gak akan ninggalin Zura saat semuanya sudah selesai. Saat usahanya sudah berada dititik paling stabil dia akan membuat hidup Azzura seperti sedia kala. Tapi Tuhan lebih sayang Kak Ken dan kedua Kakak Zura yang lain. Kakak gak mikir kemana perginya Zura? Dia udah gak punya siapa-siapa. Kalau dia ikut Kakaknya pergi gimana?"

"Kak Ken selalu bilang bakal rela ninggalin dunia ini demi nyelamatin adiknya, karena Kak Kenzo tahu gimana Kak Gavril, semua Kakaknya Zura tahu. Mereka siap menjadi garda terdepan misal Kakak niat buruk sama Zura mungkin seperti sekarang. Tapi lihat, Kakaknya Zura justru pergi lebih dulu sebelum menyelamatkan adiknya dari Kakak. Ketakutan Kak Ken benar adanya, Kakak menyakiti adik perempuannya dan itu ketakutan terbesar Kak Kenzo selama ini. Dia mungkin terlihat tenang dan mendukung adiknya, tapi dia juga menyiapkan semuanya untuk Azzura. Tapi Tuhan punya garis hidup yang lain untuk mereka."

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang