"Ldr?" tanya Azzura shock, Gavril yang sedang mengecek berkasnya mengangguk pelan.Azzura ambruk di atas lantai dengan bibir menganga serta mata melebar. Dia membayangkan hal yang tidak-tidak saat harus LDR dengan suaminya. Bagaimana kalau Gavril kecantol perempuan lain? Bagaimana kalau Gavril ingin sentuhan wanita dan mencari perempuan lain? Bagaimana kalau Azzura sudah tak menarik di mata Gavril karena lelaki itu bertemu banyak perempuan yang pasti masih gadis. Bagaimana?
Gavril menghentikan gerakannya, melirik Azzura sejenak sebelum bangkit dari kursi kerjanya. Dia berjalan mendekati Azzura. Saat sudah berada di depannya, Gavril duduk berjongkok tepat di depan istrinya. Jari telunjuknya terulur untuk mengangkat dagu Azzura agar mendongak. Bibir Gavril melengkungkan senyum manis tatkala tatapan matanya bertemu dengan Azzura.
"Sebulan sekali Mas pulang, Baby."
"Hah? Sebulan sekali? Nasib aku gimana dong?"
"Gimana apanya?"
Azzura berteriak histeris sebelum mencengkram pergelangan tangan Gavril dengan gemas. Gavril meringis pelan saat cengkraman tangan Azzura terasa seperti orang yang sedang melampiaskan dendam, bukan gemas lagi.
"Aku gak mau LDR, aku ikut!"
"Kursus kamu gimana? Masih ada dua bulan lagi loh."
Helaan napas Azzura yang begitu panjang membuat Gavril menaikan sebelah alisnya. Menunggu reaksi istrinya untuk selanjutnya, akankah marah? Kesal? Atau perasaan tak suka lainnya.
"Ya udah, berangkat aja sana." Ujar Azzura sembari berdiri dari duduknya. Dia berjalan cepat mengambil bekal yang sebelumnya dia bawa untuk makan Gavril, tapi karena kesal dengan suaminya. Berakhir akan dia bawa pulang lagi.
"Mau kemana?"
"Pulang!" Sahut Azzura sembari membuka pintu ruangan Gavril. Dia melirik suaminya sejenak sebelum menutup pintu itu dengan kencang, bahkan terkesan membanting. Gavril hanya bisa mengurut dadanya pelan.
Aldi yang tak sengaja berpapasan dengan istri bossnya tersenyum manis dan mengangguk. Azzura hanya meliriknya tak berminat menyapa atau membalas sapaan Aldi. Lelaki yang baru berusia dua puluh empat Tahun itu menggaruk tengkuknya pelan merasa sedikit aneh dengan Azzura hari ini.
Azzura terus berjalan melewati loby, tatapan dari para pegawai Gavril tak membuat Azzura menghentikan langkah kakinya ataupun merubah ekspresinya yang terkesan begitu datar. Bisik-bisik dari para pegawai juga terdengar di telinga Azzura.
"Kerja! Kalian di sini di bayar bukan buat gosip!" teriak Azzura menatap segerombolan pegawai perempuan Gavril.
Dia tak peduli kalau di pandang aneh karena memarahi pegawai suaminya. Kantor juga milik suaminya, sah-sah saja kalau dia ikut memarahi hal yang tak benar. Lagi pula suaminya kan pemilik kantor ini, jadi dia juga pemiliknya karena harta suami adalah harta istri juga.
Di sisi lain, Aldi duduk berhadapan dengan Gavril yang sedari tadi diam. Mantan duda itu masih fokus pada layar laptopnya. Tak berniat memulai obrolan padahal dia yang memanggil Aldi untuk menemuinya.
"Sebenarnya Mbak Zura kenapa sih, Pak?" tanya Aldi mulai memberanikan diri untuk bertanya lebih dulu.
"Dia gak mau saya tinggal, saya juga tak bisa membawanya. Dia masih ada kursus dua bulan ini kalau berhenti di tengah jalan sayang banget."
"Bayarnya mahal ya, Pak?"
Gavril menghela napas panjang, dia menyandarkan punggungnya pada kursi putar dia memejamkan matanya sejenak sembari melepas kaca mata yang selalu menemaninya bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...