Part 37

27.6K 2.3K 308
                                    


Gavril berjalan secara mengendap-endap memasuki kamarnya sendiri karena takut istrinya sudah tidur. Jadi, dia berusaha tak menimbulkan suara apapun. Sampai dia masuk kamar, Gavril melihat istrinya berdiri membelakanginya. Berdiri menghadap pintu balkon dengan tubuh mengayun ke kanan dan kiri, senandung pelan yang keluar dari bibir Azzura membuat Gavril tahu kalau anaknya belum mau tidur di jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Tidur, Nak. Kasihan Mommy capek." Ujar Gavril sangat lembut, dia memeluk tubuh Azzura dari belakang. Tangannya memegang Devnath yang ada di gendongan istrinya, mengusapnya pelan berusaha membuat anaknya tidur.

"Sandaran di tubuh Mas biar gak capek," tanpa menjawab Azzura segera menyandarkan punggungnya pada tubuh kokoh suaminya. Memejamkan matanya sejenak untuk menghilangkan rasa pegal di kakinya, dia sudah berdiri lebih dari dua jam.

Walaupun terlihat tertidur nyenyak, tapi saat di baringkan dia akan menangis lagi. Azzura yang kesabarannya setipis tisu hanya bisa mengulur kesabarannya. Berakhir, dia lebih memilih menggendong anaknya dengan posisi berdiri agar Devnath tidur dengan sangat nyenyak dulu.

"Mas gantiin gimana?" Tawar Gavril setelah sekian lama terdiam, Azzura mendongak menatap wajah suaminya yang terlihat kelelahan juga.

Walaupun dia terkadang kurang ajar dengan suaminya, tapi dia juga tak tega kalau meminta Gavril menjaga anaknya dimalam hari karena saat siang sudah bekerja. Sedangkan Azzura bisa tidur saat Melati, Lalita ataupun baby sitternya datang.

"Kamu punya asi? Dia aja tidur sambil minum asi." Balas Azzura berbisik, Gavril menunduk untuk melihat posisi tidur anaknya. Dan ternyata benar, Devnath tidur dengan bibir tersumpal puting istrinya.

Gavril mengusap pipi Devnath dari belakang tubuh Azzura, usapan lembut dari ibu jarinya membuat bayi itu semakin terlelap dalam tidurnya. Azzura yang melihat itu hanya bisa terkekeh pelan, sepertinya anaknya akan lebih lengket dengan suaminya saat mulai mengerti membedakan orang lain. Kalau sekarang diajak siapa saja juga tak masalah karena belum mengerti.

"Jatah Daddy di ambil semua, ya." Bisik Gavril pelan, Azzura berdecih pelan sembari menarik tubuhnya dari kungkungan suaminya. Sepertinya tak apa kalau sekarang dia membaringkan Devnath di box bayi miliknya.

Perlahan Azzura berjalan mendekat ke arah box bayi, sedangkan Gavril memilih untuk menata bantal dan guling anaknya agar semakin nyaman saat tidur. Tangan lembut Azzura menepuk paha anaknya pelan saat Devnath bergerak setelah dibaringkan.

"Akhirnya tidur juga," Azzura menghembuskan napasnya panjang sembari memeluk tubuh Gavril dari samping. Gavril membalas pelukan istrinya di iringi kecupan sangat lembut di puncak kepalanya.

Gavril mengajak Azzura untuk istirahat di atas ranjang sembari bercerita sebelum tidur seperti biasanya. Menceritakan keluh kesah Azzura dirumah dan Gavril akan menceritakan kesehariannya ditempat kerja. Walaupun Azzura masih tergolong sangat muda untuk membina rumah tangga, seiring berjalannya waktu dia bisa mengerti setiap keadaan.

Seperti, saat Gavril memarahi Melisya karena ada hal yang menurut Gavril kurang tepat. Azzura akan diam saja, nanti saat malam atau sudah berdua dikamar baru Azzura akan menegur, memberi masukan kepada suaminya menurut pandangannya bagaimana kalau diposisi Melisya. Gavril memang mengajarkan Azzura untuk tak membela Melisya saat Gavril memarahinya, bukan karena posisi Azzura ibu tiri atau apa. Gavril lebih menekankan Melisya agar memiliki rasa takut, hormat dan segan untuk kurang ajar atau membangkang.

Kalau sampai saat Gavril memarahi Melisya, Azzura membela Melisya tepat didepan anak itu atau terjadi sebaliknya Azzura memarahi Melisya Gavril membela. Melisya akan berpikir dia ada yang membela jadi melakukan kesalahan tak apa karena masih memiliki pembela. Tapi, kalau Gavril memarahi Azzura diam saja hanya menunggui suaminya selesai menceramahi anaknya. Melisya akan takut melakukan kesalahan itu lagi. Keras sedari kecil bukan hal yang salah menurut Gavril, selama apa yang dia ajarkan dalam kebenaran. Di didik dari kecil lebih gampang daripada saat sudah dewasa dengan emosi, ego dan rasa ingin menang sendiri muncul.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang