Part 44

26.2K 2.3K 793
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu oleh seorang Melisya Adriana Armish. Hari pertunjukan menunggang kuda yang sudah lama dia tunggu akhirnya datang juga, dimana setiap setahun semua anggota grup tempat dia latihan berkuda akan menunjukkan kehebatan dalam berkuda. Sebetulnya pihak tempat kursus berkuda hanya ingin menunjukkan apresiasi dari para orang tua untuk anaknya yang sudah giat berlatih selama ini.

"Gak boleh nyakar Kakak, kamu ini anak manusia apa anak macan sih. Suka banget nyakar Kakaknya." Tegur Azzura sembari menarik tubuh Devnath untuk mundur dari Melisya yang sedang memakai sepatu.

Perempuan muda yang terlihat sangat cantik itu sudah siap pergi bersama anak dan suaminya. Pakaian sangat sederhana dress selutut dengan dada ada kancingnya, siapa tahu pumpingannya habis dan minta minum asi langsung, rambut diikat menjadi satu adalah pilihan yang sangat tepat untuk menonton hari ini.

"Adik wlekkk." Melisya menjulurkan lidahnya dan menggoyangkan pantatnya didepan Devnath membuat bayi digendongan ibunya itu menggigit giginya sendiri sangat kuat.

Tangannya terkepal sangat kuat menandakan dia sangat gemas dengan kakaknya. Azzura yang melihat itu terkekeh pelan, perlahan dia menurunkan Devnath karena dia merasa didalam roknya seperti ada hewan yang merayap. Devnath berteriak sangat girang bisa menyentuh keramik diruang tamu rumahnya. Dia mulai merangkak kearah meja ruang tamu.

"Heh adek gak boleh masuk kolong," tegur Azzura sembari mengambil mainan anaknya yang masuk kedalam roknya. Entah darimana mainan itu bisa ada didalam rok dress Azzura.

Devnath berhenti tepat dibawah meja yang membuat Azzura sedikit was-was, dia berjongkok untuk menarik perhatian anaknya. Namun dengan bodo amat Devnath kembali merangkak lebih dalam lagi.

"Sini sayangnya Mommy, ayo. Nanti gak diajak loh. Kakak udah mau berangkat tuh." Jari telunjuk Azzura menunjuk Melisya yang sudah siap berangkat.

"Aaaaa...." Teriak Devnath kencang sembari tertawa dan bertepuk tangan.

"Suka kamu bikin Mommy kesel, kenapa kamu gak nurun sifat Mommy yang pendiem ini sih, Dev?" Omel Azzura, dia mengulurkan kedua tangannya untuk menarik Devnath. Namun bocah itu semakin kukuh untuk memundurkan pantatnya agar tangan ibunya tak sampai pada dirinya.

"Ini apa?" Gavril menggoyangkan buah pepaya potong ditangannya membuat Devnath melebarkan senyumnya dan mulai merangkak keluar. Azzura menoleh menatap suaminya dengan mata melotot, bisa-bisanya digoda oleh pepaya yang besarnya hanya seuprit itu Devnath langsung mau.

Padahal kalau dia yang marah atau ngambek harus di goda dengan tubuh ataupun harta Gavril baru mau berbaikan. Anaknya sama sekali tak menurun sifat kurang ajarnya memang.

"Gak usah protes, Baby. Dia belahan dari dirimu. Harus digoda dulu baru mau." Bisik Gavril pelan, Azzura hanya berdecak kesal dan berdiri untuk merapikan roknya.

"Eits gak boleh, nanti bajunya kotor." Gavril menaruh pepaya potongannya diatas piring yang ada dimeja saat anaknya mengulurkan tangannya.

"Daddymu pembohong, Dek." Gavril hanya tertawa sembari mengelap tangannya menggunakan tisu. Dia kini mengangkat anaknya dan mencium pipinya sangat gemas, Devnath sudah mencakar wajah Gavril karena tak mendapatkan apa yang dia mau.

"Tangan mungilmu gak berasa apa-apa buat Daddy, Sayang. Cakaran Mommymu setiap malam lebih perih."

Azzura menghentikan langkah kakinya mendengar ucapan Gavril. Dia menoleh menatap suaminya tajam saat Fiko dan Jeno yang baru saja mau masuk rumah menghentikan langkah kakinya. Mereka saling pandang dengan wajah memerah, kenapa obrolan seperti itu harus dia dengar? Kenapa pasangan suami istri itu juga membahas masalah ranjang diruang tamu.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang