Part 42

23.6K 2.2K 1.1K
                                    

"Ciss," ujar Lerga mengarahkan lensa kameranya mengarah pada bayi berusia delapan bulan yang sedang memakan pepaya hasil rebutan dari kakaknya.

"Senyum, Dev. Muka kaku Tantemu gak usah kamu bawa. Ayo, bilang Cis!" Teriak Lerga untuk yang kesekian kalinya.

Devanth yang sudah siap pergi bersama orang tua serta om tantenya menatap Lerga tanpa berkedip sama sekali. Tak menunggu waktu lama pepaya yang ada digenggamannya dia lemparkan kearah Lerga, walaupun tak kena tubuh Lerga. Tapi tetap saja hal itu mengundang gelak tawa para sahabatnya.

"Berisik lo kata Devnath," ejek Vernandi sembari mengusap perut buncit istrinya.

Lerga sama sekali tak peduli, dia kembali mengarahkan layar lensa kameranya mengabadikan keimutan keponakannya. Dan setelah sekian lama akhirnya Lerga berhasil mendapatkan momen keponakannya tersenyum sangat menggemaskan. Kedua tangannya memegang pipi disertai senyum lebar memperlihatkan dua giginya yang sudah tumbuh.

"Akhirnya, nanti Om beliin mainan, Dev." Teriak Lerga terlihat sangat puas.

"Bikin sendiri, Ler." Sindir Edward yang sedari tadi melihat interaksi antara Lerga dan Devnath.

"Sesama jomblo gak usah saling menghina ya, Ed."

"Ler, siapa tahu gue udah punya anak cuma diem-diem. Lo gak tahu gimana?" Balas Edward dengan senyum miring.

"Sama biawak lo bikin anaknya," Lerga kembali memotret wajah imut Devnath, tak memedulikan balasan ataupun godaan Edward dan yang lainnya.

Memang semua orang mengakui keimutan anak dari Azzura dan Gavril. Wajah garang Gavril tidak menurun pada Devnath sama sekali. Bahkan tingkahnya semakin lama semakin absurd, bayi yang baru bisa merangkak tersebut pernah mengambil rokok omnya dan membuangnya ketempat sampah. Setelah berhasil dia bertepuk tangan dan tertawa.

Santosa hanya bisa ikut tertawa dan bertepuk tangan, walaupun rokok tersebut baru saja dibuka dan dihisap satu batang. Devnath yang diam saja dan merangkak kesana kemari adalah hal yang harus diawasi. Bayi yang terlihat lucu namun memiliki jiwa jahil luar biasa itu harus terus diawasi. Diamnya Devnath pasti ada hal yang kurang beres.

"Masih mual, Ren?" Tanya Allera melihat Rena yang sangat polos tanpa make-up sama sekali.

"Kalau dibuat keluar gitu gak mual, tapi kalau dirumah aja makin mual parah, Ler." Sahut Rena pelan, dia bersandar nyaman didada lebar suaminya dengan mata terpejam menikmati masa-masa morning sicknessnya.

Rena dan Inka sudah menikah sekitar dua bulan yang lalu, setelah keputusan Santosa dan Tio menikahi gadisnya tentu mereka tak menolak. Apalagi Tio yang akhir-akhir ini sering berkonflik dengan Rena akhirnya memutuskan untuk menikah agar pertengkaran yang tidak perlu tak terjadi dihubungan mereka.

"Anak lo elit banget, minta jalan-jalan mulu." Komentar Bachtiar yang sedari tadi diam saja.

"Tahu dia kalau bapaknya punya duit banyak," sahut Tio sembari menyisir rambutnya pelan.

"Ya Allah, Devnath habis ganti baju udah kotor lagi. Kamu habis ngapain?" Tanya perempuan muda yang baru keluar dari lift bersama suaminya.

Tatapan mata semua orang kini fokus pada pasangan suami istri itu. Dan tak berapa lama beralih menatap bayi yang sedang merangkak mendekati ibunya. Kedua tangannya terulur minta gendong membuat Azzura menghela napas panjang.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang