Part 69

22.1K 2.6K 496
                                    

Langit malam yang terlihat sangat indah dipenuhi bintang-bintang membuat Lalita dan Melati duduk bersama ditaman rumah Gavril. Menikmati keheningan malam ditemani kopi susu serta bolu pisang yang dibuat Lalita adalah hal yang cukup nikmat bagi Melati. Apalagi dia tak bisa membuat kue, dia memang jago memasak tapi buta akan membuat kue kering maupun kue basah. Entah salah takaran atau memang Melati tak pandai dalam bidang membuat kue tapi yang jelas kuenya selalu gagal.

"Mbak Mela kenapa kukuh banget pengen aku balik sama Mas Ervi? Mbak Mela gak tahu rasanya dimadu, kan?" Tanya Lalita untuk memulai obrolan. Gerakan tangan Melati yang sedang mengambil kue terhenti, dia menatap kuenya dengan senyum getir.

"Aku pernah ada diposisi yang sama, bahkan aku merawat istri kedua Mas Gilbert setelah melahirkan anak pertama." Sahut Melati pelan, dia masih menatap kuenya tak berani menoleh sama sekali.

Dan kini bergantian Lalita yang terkejut bukan main, dia menutup bibirnya sendiri sangat kuat. Matanya berkedip beberapa untuk memastikan apakah ini nyata atau dia mimpi? Melati yang tak mendapat respon apapun dari Lalita kini menoleh dan tersenyum manis.

"Suami ku pernah bawa perempuan hamil besar pulang kerumah dan bilang itu istri keduanya. Aku yang kondisinya hamil muda anak kedua dan memiliki Gavril yang masih kecil syok bukan main. Melihat tangan suami saya yang seharusnya menggandeng ku justru hari itu menggandeng tangan perempuan lain yang usianya ada di bawah ku, Mbak. Hidup ku hancur, morning sickness makin parah dan Gavril rewel bukan main. Namanya anak-anak saya cukup maklum dengan Gavril. Tapi kondisi saat itu sangat tak menungkinkan untuk mengontrol emosi berakhir saya selalu marah sama Gavril, saya bilang jadi anak lelaki harus pendiam, gak banyak omong, gak banyak tingkah. Eh kata-kata itu dibawa sampai sekarang. Gavril yang sekarang karena didikan salah dari aku dan suami."

"Mereka nikah diem-diem juga, Mbak? Udah lama?" Tanya Lalita cukup penasaran. Melati sudah mengetahui semua tentang hidupannya setelah curhat kemarin dan saat ini dia juga ingin tahu bagaimana sosok Melati.

"Hem, nikah kyai atau apalah itu namanya. Siang dia nikah malam dibawa pulang. Alasannya cukup gak masuk akal sama sekali. Dua bulan sebelum suami ku nikahi dia, Mas Gilbert nabrak orang sampai meninggal. Dan istrinya hamil itu. Mas Gilbert tanggung jawab menghidupi perempuan ini sampai kapanpun menggantikan tanggung jawab sang suami, bahkan biaya anak sekolah sampai kuliah dijamin sama Mas Gilbert. Aku gak tahu apa-apa, yang aku tahu pulang kerja Mas Gilbert ngeluh capek dengan tubuh penuh tanah ternyata dia habis ikut mengubur orang yang ditabrak. Dua bulan berlalu keluarga perempuan ini mulai gak terima dan bilang jangan cuma tanggung jawab biaya tapi juga hidupnya. Dan minta anaknya dinikahi. Mas Gilbert bilang udah punya anak istri, istrinya juga hamil anak kedua. Tapi mereka gak mau tahu, dan ada yang bilang lelaki bisa punya istri lebih dari satu. Aku denger cerita itu dari Mas Gilbert sendiri entah ada yang kurang atau ditambahi yang jelas hal itu yang aku dengar dari suami ku."

"Sampai pada saat dia lahiran aku diminta kerumah sakit nemenin, Mas Gilbert ada diluar kota. Aku ibarat istri pertama yang jahat bukan main, Mbak. Aku natap istri kedua suami aja enggak, bantu ngambil makan juga pakai muka judes, manyun terus. Tapi lumrah menurutku istri mana yang rela suaminya memiliki istri lain selain dirinya? Sampai dihari ketiga dia nangis mau bunuh diri karena ngerasa tertekan dia mau bunuh diri aja katanya. Aku ikut nangis karena takut. Akhirnya aku mulai berdamai dengan diri ku sendiri, mulai menerima takdir yang cukup lucu tapi juga menyakitkan."

Melati terkekeh pelan dan menerawang jauh kebelakang mengingat dulu dia pernah ada diposisi yang cukup menyulitkan tapi untuk sekarang dia juga tertawa karena merutuki kebodohannya. Andai saja dulu dia lebih mau menerima takdir lebih awal, tak menggerutu dan banyak mengeluh mungkin dia bisa lebih kuat daripada sekarang. Dulu dia masih sering menangis melihat wajah madunya.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang