Part 60

28K 2.9K 932
                                    


09.30 ... Seorang perempuan muda berdiri disebuah rumah dua tingkat yang pernah dia tempati sebelumnya. Bahkan dia juga lahir di sana, rumah yang menjadi saksi bisu kebahagiaan dan juga kehancuran keluarga Ervi Atmajaya dan Lalita Bridginia. Kebahagiaan yang bersifat sementara membuat siapapun akan buta pada kehancuran yang sudah menanti sejak lama. Sampul buku nampak sangat indah, sangat mengagumkan namun isinya penuh dengan kesedihan dan juga kisah tak pernah memenuhi kata happy ending. Dan itu lah kisah Lalita dan Ervi, dua sejoli yang saling jatuh cinta dari masa muda namun harus berakhir di meja perceraian saat sudah memiliki semuanya, berjuang bersama tak membuat mereka bisa menikmati bersama juga.

Kebahagiaan yang di idam-idamkan sejak lama tak berjalan mulus seperti harapannya. Berharap bisa terus bersama dalam susah dan senang ternyata hanya bisa menjadi sebuah kenangan, kebersamaan bertahun-tahun namun di isi dengan kebohongan dan penghianat tak pernah terlupakan bagi seorang Lalita. Dibuat gila selama puluhan Tahun, dari anaknya masih bayi sampai dua puluh enam Tahun hidup Lalita dibutakan oleh kegilaan seorang Ervi. Begitu pikir Lalita saat dia baru keluar dari sidang perceraian.

"Ma, aku udah jelasin semuanya, kan? Aku harap Mama gak tersulut emosi." Bisik Azzura pelan. Lalita hanya mengangguk dengan wajah datar.

Azzura membawa Lalita menemui Ervi bukan tanpa sebab, dia ingin ada yang menemani dalam penjemputan Ervi dari neraka yang diciptakan Novi. Mau tak mau, suka tak suka Azzura akan tetap membawa Ervi dan memberinya tempat yang lebih layak dalam perawatan ataupun suasana rumah lebih nyaman. Bagaimanapun Ervi, Azzura tak menampik kalau dia masih memiliki rasa sakit. Tapi dia juga berusaha mengesampingkan itu semua demi ketentraman dalam hatinya sendiri. Azzura tahu itu tak mudah, tapi tak mudah bukan berarti tak bisa. Seperti kata Gavril sebelumnya, menyimpan dendam tak pernah ada habisnya dan akan membuat hati kita terluka sendiri dengan serpihan-serpihan kebencian pada orang lain.

"Ra, apapun yang akan terjadi nanti. Mama berusaha memaafkan Papamu, tapi Mama memaafkan bukan berarti Mama lupa akan rasa sakit yang dibuat Papamu."

"Zura ngerti, kita berusaha damai sama kehidupan, Ma. Gak baik juga kalau Papa masih punya anak kandung tapi gak ngurus Papa waktu beliau sakit." Sahut Azzura pelan, Lalita tersenyum manis dan mengangguk. Ada perubahan besar dalam diri Azzura setelah menikah dengan Gavril, sisi dewasa Azzura terasa lebih menonjol daripada sifat manjanya.

Perlahan Azzura mengetuk pintu utama rumah lamanya, beberapa kali Azzura mengetuk sampai daun pintu bercat putih gading tersebut terbuka. Senyum manis perempuan cantik menyambut kedatangan Azzura dan Lalita, ibu anak tersebut saling pandang saat tak mengenal perempuan muda didepannya.

"Mau nyari siapa, ya?"

"Oh, kita mau ketemu Ervi. Beliau ada, kan?" Tanya Lalita dengan raut wajah sangat santai. Azzura sudah merangkul lengan ibunya begitu erat.

"Papa sedang istirahat, apakah penting? Kalau penting saya bisa bangunin kok."

Azzura dan Lalita saling pandang mendengar panggilan Papa dari mulut perempuan muda didepannya. Jadi kemungkinan besar perempuan cantik didepannya adalah Lena, istri Rama sekaligus menantu Ervi yang sudah merawat Ervi selama ini.

"Bilang Lalita sama Azzura datang,"

"Lalita? Anda mantan istri Papa?" Tanya Lena syok.

"Iya, saya mantan istrinya dan ini anaknya."

"Salam kenal nama saya Lena, istri Rama. Mari masuk, Bu." Lena mempersilahkan Lalita masuk.

Dengan langkah kaki terasa sangat berat saat melangkah masuk kerumah yang dia tempati memadu kasih sejak pengantin baru dengan Ervi, dan kini dia datang sebagai tamu. Tanpa terasa perasaan sesak memenuhi hatinya, dada sangat nyeri melihat setiap sudut rumah tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan kenangan foto Azzura masih terpajang sangat rapi disetiap sudut tembok rumah Ervi. Dari Azzura bayi, Azzura kecil hingga dewasa. Semua kenangan masih tersimpan rapi dirumah tersebut tak ada yang berubah sama sekali. Bahkan cat temboknya pun masih berwarna coklat muda, warna kesukaan Lalita.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang