Part 1

83.2K 4K 302
                                    


Kaki jenjang milik perempuan muda yang terlihat masih berusia belasan itu memasuki gedung kantor milik suaminya, Armish Group. Dengan masker, kaca mata hitam serta dress panjang sampai mata kaki yang selalu menemaninya akhir-akhir ini nampak begitu elegan ditubuhnya.

Dulu, dia yang lebih sering mengenakan kaos dan celana jins kini mulai ditinggalkannya. Dia begitu menghargai suaminya yang menjadi perbincangan publik setiap harinya karena usaha yang dikembangkan suaminya maju begitu pesat setelah menikah. Entah karena memang sudah rejeki, atau karena bantuan do'a istri.

"Suami saya ada, kan?" tanyanya sembari melepas kaca mata serta maskernya.

Lelaki yang kebetulan berpapasan dengan Azzura mengangguk sangat sopan pada istri bossnya. Dia adalah sekretaris baru yang dipilih Gavril sendiri, dia masih sedikit trauma dengan sekretaris perempuan. Walaupun Vina sudah tenang di alam sana, tapi tetap saja dia harus berjaga-jaga. Siapa tahu ada bibit-bibit Vina yang lain.

"Kebetulan Bapak habis meeting, beliau ada di ruangannya." Azzura mengangguk dan kembali berjalan menuju lift.

Namun, langkah kakinya terhenti saat mendengar bisikan-bisikan para pegawai Gavril. Memang ini bukan pertama kalinya, tapi Azzura sudah sangat sering mendengar gosipan ini. Awalnya dia biasa saja, tapi lama-lama dia kesal juga. Siapa yang tak kesal saat digosipkan oleh pegawai suaminya sendiri. Padahal mereka digaji untuk bekerja, bukan membicarakan kekurangan istri bossnya.

"Padahal udah enam bulan,"

"Mending dulu nikah sama Bu Vina, kelihatan kalau bisa ngasih baby. Badannya oke jadi pasti sehat."

"Benar, lihat aja badannya kayak kering gitu. Pasti gak sehat."

Azzura hanya bisa memejamkan matanya sejenak sebelum menghembuskan napasnya begitu panjang. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju lift. Saat sudah didalam lift, Azzura menyandarkan kepalanya pada pintu lift. Dia menggeleng berkali-kali berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruknya dan juga menghilangkan ucapan tak mengenakan dari pegawai Gavril.

"Gue baru nikah enam bulan bangsat! Kenapa gosipnya gak ngotak banget." Teriak Azzura saking kesalnya.

Memang di setiap pernikahan kebanyakan pasangan menginginkan seorang anak, tak terkecuali Azzura. Dia juga ingin memiliki buah cinta dengan sang suami. Tapi, kenyataannya Tuhan belum memberikan karunia anak pada rumah tangganya. Dan Gavril juga tak pernah membahas tentang baby diantara mereka.

Azzura juga tak pernah bercerita tentang gosip yang sering dia dengar saat perempuan itu berkunjung ke kantor suaminya. Dia takut kalau sampai suaminya tahu, akan terjadi hal yang tak diinginkan. Apalagi emosi Gavril bisa meledak saat menyinggung sedikit saja tentang istrinya.

Suara dentingan lift tanda sudah sampai ke lantai yang dituju Azzura membuat perempuan itu menegakkan tubuhnya. Dia menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes tanpa diminta, jangan sampai Gavril tahu kalau dia habis menangis. Walaupun hanya beberapa tetes air mata.

"Siang, Bu." Sapa pegawai yang berpapasan dengan Azzura. Sepertinya suaminya habis memanggil beberapa karyawan.

"Bu Azzura cantik sekali, pantas saja Pak Gavril terpesona." Ujar pegawai yang lain. Azzura menunduk dan melihat pakaiannya sendiri.

"Terima kasih, saya permisi dulu, ya." Pamit Azzura berusaha tetap tenang dan sopan. Walaupun hatinya masih berkecambuk saat ini.

Setelah berjalan beberapa langkah meninggalkan lima pegawai Gavril, Azzura tak sengaja mendengar obrolan mereka. Walaupun obrolannya terkesan sangat pelan, namun kondisi pendengaran Azzura masih bekerja dengan sangat baik.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang