"Aaaa!" Teriakan kencang dari taman samping rumah Gavril membuat Azzura yang tengah merapikan koper segera berlari menuju taman samping rumah.Teriakan Devnath sangat kencang membuat Azzura sangat panik. Dia takut terjadi sesuatu padan anaknya, karena pada saat Devnath berteriak sangat kencang pasti ada hal yang tak beres terjadi. Entah bocah itu terjatuh, makan daun dan bibirnya digigit semua karena banyak semut didaun itu atau hal lain. Devnath memang tak bisa dibiarkan sendiri tanpa pengawasan siapapun.
"Gak apa-apa, itu namanya bayang-bayang, Devnath." Jelas Melisya sembari menunjuk bayang-bayang adiknya sendiri.
"Kenapa, Kak?" Tanya Azzura panik.
"Devnath takut sama bayang-bayangnya sendiri, Mom."
Azzura menepuk dahinya lumayan kencang melihat hal itu. Apalagi anaknya menangis histeris dengan kaki berlari kesembarang arah. Kemanapun Devnath berlari bayang-bayangnya akan selalu mengikuti membuat Devnath panik bukan main. Dia terus menangis sembari sesekali melihat bayang-bayangnya sendiri. Bayi yang baru bisa berlari itu terlihat sangat lincah saat rasa takut menyelimuti dirinya.
"Hey, gak apa-apa. Itu namanya bayang-bayang." Azzura menarik anaknya dan menggendongnya, Devnath memelui leher ibunya sangat erat membuat Azzura tertawa pelan.
"Lihat Mommy, itu namanya bayang-bayang. Mommy juga punya lihat itu." Azzura berjalan ketengah taman untuk memperlihatkan bayang-bayangnya.
"Kakak Meli juga punya, Dev juga punya." Devnath masih menangis histeris di gendongan ibunya. Sedangkan Melisya memeluk tubuh Azzura dan mengusap kaki adiknya pelan.
Azzura terus memberi penjelasan dengan menunjukkan bayang-bayangnya sendiri yang terlihat menggendong Devnath. Setelah cukup. Lama, Devnath berhenti menangis dan melihat bayang-bayang sang ibu dan kakak. Perlahan dia berontak minta turun, dan tentunya Azzura menurunkan Devnath diatas rumput taman. Kaki gembul bayi itu menekuk dan berjongkok untuk melihat bayang-bayangnya sendiri, jari telunjuknya menunjuk bagian rumput yang ada bayang-bayangnya.
"Eh!" Teriak Devnath sembari menoleh menatap Azzura.
"Iya, itu namanya bayang-bayang." Sahut Azzura pelan, dia ikut berjongkok disamping kanan anaknya. Sedangkan disisi kiri ada Melisya yang juga duduk berjongkok seperti Azzura.
"Lagi pada ngapain kesayangan Daddy?" Tanya Gavril yang baru datang, lelaki itu baru pulang meeting sebentar sebelum berangkat liburan bersama keluarga. Dia menyelesaikan pekerjaannya sangat cepat demi bisa melancarkan liburan pertama Devnath.
"Ti ti!" Teriak Devnath yang mendengar suara ayahnya baru pulang. Kakinya berlari sangat cepat menghampiri Gavril, melihat hal itu Gavril segera berjongkok dengan kedua tangan terulur menunggu pelukan hangat tangan mungil anaknya.
Devnath memeluk leher Gavril dan mengusapkan wajahnya pada leher tersebut. Air liur Devnath terasa membasahi leher Gavril membuatnya terkekeh pelan sebelum menjauhkan wajah anaknya, dia mencium kedua pipi Devnath sangat gemas.
"Iii!" Tunjuk Devnath pada bayang-bayangnya sendiri, Gavril tersenyum manis dan ikut menunjuk bayang-bayang anaknya.
"Namanya apa? Bayang-bayang, ya?"
"Adik takut sama bayang-bayang, Daddy." Adu Melisya sembari tertawa pelan.
"Aduh, cowok kok takut bayang-bayang ini gimana sih, Dek? Ini namanya bayang-bayang, Sayang." Jelas Gavril di iringi tawa cukup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...