Part 10

30.5K 2.4K 200
                                    


~Warning  di part ini ada adegan 18++~

~~~

Vernandi, Tio, Santosa, Bachtiar dan Edward menatap wajah muram Gavril dengan dahi mengernyit lumayan dalam. Setelah menikah lagi ini pertama kalinya Gavril menampilkan wajah seperti itu di depan mereka. Santosa yang sudah tak tahan memukul punggung Gavril lumayan kencang untuk menyadarkan sahabatnya.

"Lo kenapa sih? Berantem sama Zura?" tanya Santosa lumayan kencang.

"Enggak,"

"Terus?" Gavril menghela napasnya panjang sebelum menatap sahabatnya satu persatu. Mereka belum ada yang menikah, kalaupun di ceritakan kegilaan istrinya mereka pasti akan tertawa bukannya membantu.

Tapi, kalau di pikir Gavril konyol juga kesal dengan Azzura hanya karena masalah sepele. Padahal dia tahu betul sifat dan watak istrinya seperti apa. Buat apa juga dia marah?

"Gue capek menghadapi Azzura yang bertingkah konyol, gue gak sanggup mengikuti jalan pikiran dia yang sangat absurd menurut gue."

Kelima teman Gavril menahan tawanya mendengar curhatan hati sahabatnya. Selama menikah dengan Vellin dulu, Gavril tak pernah membahas istrinya dengan sang sahabat. Bahkan saat di tanya kabarnya saja Gavril hanya berkata 'baik' tanpa ada imbuhan kata di belakangnya.

"Resiko nikah sama remaja, Vril. Itu wajar sih menurut gue." Tutur Edward saat keempat temannya masih terdiam.

"Azzura emang dari dulu udah gak jelas sih, apalagi dia hidup sama orang yang dia cinta pasti sifat aslinya akan keluar seperti ketidakjelasan itu." Jelas Santosa yang sudah mengenal gadis itu dari dia duduk di bangku SMP.

Gavril menghela napasnya panjang sembari menyandarkan punggungnya pada badan sofa ruang kerjanya. Dia memikirkan kembali saat-saat masa pendekatannya dulu, apakah Azzura semenyebalkan itu?

"Spada, bidadari dateng." Teriak seseorang dari ambang pintu. Gavril segera membuka kedua matanya untuk memastikan itu benar suara istrinya atau hanya halusinasi?

"Loh?" gumam Azzura pelan saat melihat enam lelaki dewasa ada di ruangan suaminya.

Wajah konyol dengan bibir menahan senyum membuat Azzura memicingkan matanya. Dia merasa ada yang tak beres pada sahabat suaminya.

"Kalian gak kerja? Kok pada ngumpul?" tanya Azzura sembari menaruh makan siang Gavril di atas meja. Perempuan muda dengan setelah dress pendek itu kini menarik kursi kerja suaminya untuk dia duduki. Tak mungkin Azzura ikut bergabung di sofa tempat Gavril duduk, alasannya adalah rok dari dressnya sangatlah pendek. Ada jauh di atas lutut dan dia tak mau memberi keuntungan apapun pada lelaki lain.

"Kerja terus capek, Ra." Sahut Tio sembari meminum kopi dalam kemasan botol. 

Azzura mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, dia kini beralih fokus pada layar ponselnya untuk mencari kesibukan sementara suaminya mengobrol dengan sahabatnya. Gavril yang duduk di sofa masih dengan posisi yang sama, namun matanya tak lepas dari gerak-gerik Azzura yang berada tak jauh dari dirinya.

"Gak lanjut nih?" tanya Bachtiar menggoda Gavril. Lelaki itu berdecak kesal dan melempar sebungkus rokoknya membuat mereka tertawa pelan.

"Mas, orang tua Lesi mau di bawa ke desa biar ada yang merawat. Kata keluarga Lesi biar dia bisa fokus kerja buat masa depan." Ujar Azzura tanpa menatap Gavril.

"Iya,"

"Pendek banget jawabnya padahal aku ngomongnya lebih dari dua puluh kata."

Kelima teman Gavril menahan tawa mendengar jawaban Azzura. Ternyata benar Azzura adalah sosok yang menyebalkan sekarang, mungkin dari dulu tapi saat ini Azzura jauh lebih menyebalkan.

Hallo, Mas Suami. (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang