"Iya tidurnya sama Daddy, lepas dulu tangannya." Ujar Gavril pelan saat Devnath tak mau diturunkan dari gendongannya, saat hendak direbahkan diatas ranjang Devnath terbangun dan memeluk leher Gavril semakin erat.Azzura hanya melihatnya saja dari ambang pintu dengan wajah datar serta kedua tangan bersidekap didepan dada. Sorot matanya masih tak terlalu minat dengan sang suami, entah itu benar atau hanya perasaannya ditutupi dengan wajah datar dan sorot mata tanpa minat. Karena sejujurnya saat ini detak jantungnya semakin menggila, dia seperti jatuh cinta lagi, dia seperti baru mengenal Gavril dan suka dengan Gavril.
Jantungnya berdetak seperti dulu saat dia baru pacaran dengan Gavril dan hendak berjalan melewati depan rumah lelaki itu. Kurang lebih seperti itu lah perasaannya saat ini. Biasanya setelah bertengkar memang mereka akan semakin dekat, tapi saat ini sungguh diluar dugaan, perasaannya kembali seperti saat pertama kali jatuh cinta. Dan itu gila!
"Gak minum Asi kalau mau tidur, By?" Tanya Gavril yang sudah merebahkan tubunnya disamping anaknya. Tangannya mengusap kepala Devnath menggunakan tangan kanan karena tangan kirinya dipeluk sangat erat oleh bayi itu.
"Gak," sahut Azzura cepat sebelum berjalan meninggalkan kamar. Dia memastikan apakah anaknya tidur dengan nyenyak atau tidak, kalau sudah nyenyak dia akan pergi.
Gavril menatap kepergian Azzura dengan helaan napas panjang. Dia tahu resiko apa yang akan dia ambil saat menemui istrinya, dan dia siap dengan resiko apapun asal bisa bertemu dan berbicara berdua. Menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin serta menjelaskan semua titik perkara dan mencari jalan keluar bersama. Gavril tak menyalahkan kepergian Azzura karena dia tahu betul pasti istrinya selama ini sudah memendam semuanya yang dia sendiri tak tahu.
Entah sadar atau tidak, tapi Gavril juga merasa heran dengan dirinya sendiri yang kini tak terlalu peka dengan perasaan istrinya. Dia merasa setiap harinya Azzura selalu baik-baik saja karena mereka berdua terus bersama, setiap akan tidur juga membicarakan keseharian maupun masalah Azzura. Tapi dia buta akan kesalahan kecil yang selalu dia perbuat dan membuat istri kecilnya merasa sakit hati yang terus menerus ditambahi oleh Gavril.
"Dev, lepas, ya Sayang. Daddy mau bicara sama Mommy biar cepat beres masalahnya. Dev kangen Kakak, kan? Kangen boneka monyetnya juga, kan?" Gavril berbisik sangat lembut, tangannya terus mengusap kepala anaknya. Sesekali dia juga mendaratkan ciuman hangat penuh kasih sayang dikening Devnath.
Cukup lama melepaskan pelukan tangan mungil Devnath di lengannya. Akhirnya dia bisa terbebas, sebelum pergi dia memberikan batas berupa guling agar anaknya tak terjatuh dari atas ranjang. Walaupun sisi kanan ranjang sudah mepet sekali dengan tembok tapi sisi kiri tidak, jadi Gavril memberi batas guling disamping serta bawah kaki Devnath.
"Tidur yang nyenyak, jagoan Daddy. Nanti tidur sama Daddy lagi, sama Mommy juga." Bisik Gavril sebelum bangkit dari posisi duduknya.
Dia berjalan keluar kamar dan menutup pintu kamar, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan istrinya. Namun nihil, Azzura tak ada di ruang depan televisi ataupun didapur. Berakhir Gavril mencari Azzura kesetiap ruangan yang ada di villa. Dan Azzura tak ada di manapun.
"Sayang?" Panggil Gavril cukup kencang didepan villa. Angin yang berhembus sangat kencang membuat Gavril menoleh kearah pantai, terlihat seorang perempuan duduk diatas batang pohon kelapa yang roboh atau memang sengaja dirobohkan.
Perlahan Gavril berjalan mendekati istrinya. Tatapan mata sangat kosong, wajah terlihat sangat datar dengan air mata terus mengalir membuat Gavril menarik napasnya sangat panjang sebelum duduk disebelah istrinya. Dia menoleh menatap wajah memerah Azzura dari samping.
"Dingin?" Tanya Gavril melihat tubuh Azzura sedikit menggigil.
Azzura masih diam saja, tak bergerak sama sekali. Dia juga masih fokus pada ombak yang datang silih berganti menuju pantai, seperti masalahnya yang terus datang silih berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...