00.15 ...Suara derap langkah pelan memasuki kamar membuat perempuan muda yang masih bergulung dengan dua selimutnya membuka mata. Rasa pusing dan menggigil membuatnya tak bisa bangkit untuk sekedar bertanya kenapa Gavril pulang lama sekali. Gavril yang tak mungkin menghampiri istrinya saat belum bersih-bersih bergegas untuk mandi dan ganti baju. Setelahnya baru dia ikut bergabung untuk tidur bersama istrinya.
"Sayang, kok pakai selimut dua? Tumben juga gak nyalain AC?" tanya Gavril yang sudah selesai mandi. Dia memposisikan tubuhnya disebelah Azzura, menyibakkan selimut istrinya berusaha memegan tubuh istrinya.
"Mas..." Gumam Azzura sangat pelan, Gavril membelalakkan matanya mendengar suara parau istrinya. Tubuhnya juga terasa panas.
"Kamu sakit? Kok gak telepon? Mas berangkat tadi baik-baik aja loh kamu. Sejak kapan, Baby?" Azzura hanya bisa menggeleng pelan, dia terlalu lemah untuk menjawab pertanyaan Gavril.
Azzura menarik tangan Gavril pelan untuk dibuat bantalan tidurnya seperti biasa. Tanpa menunggu lama Gavril memposisikan lengan kirinya untuk bantalan kepala sang istri, sedangkan tangan kanannya mengusap kepala Azzura. Bibirnya tak berhenti mencium kening istrinya berusaha menenangkan Azzura yang semakin menggigil.
"Mau telepon, hpku di atas nakas aku tarik malah jatuh. Aku gak bisa ngambil, dibuat berdiri pusing banget."
"Ke rumah sakit, ya?"
"Enggak mau, minum obat penurun panas aja. Mungkin kecapekan, kemarin juga ngejar Dev yang hujan-hujanan." Jelas Azzura sangat pelan, untungnya pendengaran Gavril masih normal bahkan sangat normal jadi mendengar suara pelan istrinya tak bertanya dua kali.
"Mas ambil obat dulu, lepas bentar, ya." Gavril melepaskan pelukannya sebelum turun dari ranjang mengambil kotak obat yang ada didalam almari khusus obat-obatan dan kotak P3K di ruangan sebelah kamarnya.
Setelah kembali Gavril melihat istrinya berusaha bangun dan bersandar pada kepala ranjang. Tak menunggu dimintai bantuan Gavril bergegas membantu istrinya. Menyangga punggung mungil Azzura menggunakan dua bantal. Gavril duduk disebelah Azzura, menghadap istrinya sembari membaca tanggal expired. Walaupun setiap bulan ada pengecekan untuk obat-obatan dirumah tapi tetap saja Gavril memastikan sendiri obat yang akan diminum istrinya.
"Mau Mas buatkan bubur? Atau kamu mau makan apa?" Tanya Gavril setelah Azzura meminum obatnya. Tangannya menggenggam jemari lentik istrinya yang terasa panas juga, mengusap punggung tangan tersebut sangat lembut. Berusaha tak menyakiti istrinya dengan usapan tangan itu.
"Gak mau, pengen tidur aja. Peluk Mas dingin." Gavril tersenyum manis dan mengangguk, dia membenarkan posisi bantal Azzura agar semakin nyaman. Menata guling dan selimutnya juga.
Gavril memeluk tubuh Azzura cukup erat, sesekali lelaki itu menghela napas. Tadi sebetulnya Gavril niat pulang jam sepuluh tapi Bachtiar dan Lerga selalu menahannya. Berakhir molor terus jam pulangnya sampai jam dua belas lebih.
~~~
Ketukan brutal dipintu kamar Azzura membuat Gavril mengerjapkan matanya pelan. Dia meregangkan ototnya terlebih dahulu sebelum turun dari ranjang, tangannya dibuat bantalan tidur istrinya semalaman meninggalkan rasa kebas dan sangat tak nyaman.
"Agi, Edy." (Pagi, Daddy.) Sapa Devnath sangat riang. Dia sudah sangat rapi dengan baju baju bergambar mobil tayo, tangan kiri memegang boneka ubur-ubur dan tangan kanan memegang dot besarnya.
"Pagi, Sayang. Kakak udah berangkat sekolah?" Tanya Gavril setelah tahu sekarang jam tujuh pagi. Dia memang berniat tak ke kantor karena kondisi istrinya yang masih belum turun panasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...