Azzura telah sampai di depan gedung tempat dia kursus. Dia juga sudah di jemput beberapa temannya, melihat Azzura tersenyum manis. Mereka ikut tersenyum. Hal yang paling mereka suka dari Azzura adalah selalu mengawali pertemuan dengan senyuman. Walaupun belum mengobrol tapi Azzura sudah menampilkan senyum manisnya lebih dulu."Gue kira ketinggalan," ujar Azzura di iringi kekehan pelan.
Bety, Rika, Firza, Johan dan Rizwan menggeleng secara bersamaan untuk menegaskan bahwa perempuan muda itu tidak terlambat. Dengan langkah kaki pelan, Azzura dan kelima temannya memasuki ruangan tempat mereka biasa praktik membuat kue.
"Ra, kita boleh main kerumah lo gak?" tanya Bety setelah Azzura mengenakan apron berwarna putih miliknya.
Azzura menoleh dan menaikkan sebelah alisnya, tumben sekali mereka berkata ingin main. Dulu saja saat ada tugas bersama Azzura menawarkan diri untuk mengerjakan dirumahnya mereka menolak. Padahal di rumahnya berbagai alat dan bahan untuk membuat kue sangat lengkap. Setelah Azzura masuk kursus, Gavril langsung membelikan semua keperluan Azzura dan selalu membuat stock bahan. Siapa tahu istrinya gabut dan ingin membuat kue.
"Boleh aja sih. Kebetulan suami gue gak ada di rumah." Sahut Azzura di iringi senyum manis.
Bety yang awalnya tersenyum manis kini menjadi tersenyum canggung. Padahal niat awal mereka ingin main karena mau tahu wajah suami Azzura seperti apa. Sekaya apa suami Azzura sampai perempuan dua puluh Tahun itu memiliki pengawal pribadi, sopir pribadi dan mobil mewah yang sering bergonta-ganti.
"Kenapa, Bet?"
"Eh, gak apa-apa kok, Ra. Udah lama kita gak main bareng."
"Kita boleh ikut, Ra?" tanya Rizwan dengan senyuman sangat manis. Lelaki tinggi jangkung dengan kaca mata yang selalu bertengger manis di atas hidungnya itu adalah lelaki paling tampan di tempat kursusnya. Awalnya dia sedikit heran, kenapa lelaki setampan dan sekeren Rizwan kursus seperti ini. Tapi setelah tahu alasannya Azzura sedikit prihatin.
"Boleh dong, kita kan satu tim. Jadi kemana kita pergi itu bareng."
Empat jam berlalu, Azzura dan teman-temannya sudah menyelesaikan kue mereka masing-masing. Kue dua tingkat yang di buat Azzura adalah rasa red velvet. Jika mengingat tentang kue dia teringat anaknya yang sangat menyukai manis. Terkadang saat Gavril tak ada, diam-diam Azzura memberi makan anaknya kue yang lumayan banyak. Awalnya Melisya menolak karena takut di marahi Daddy. Tapi, dengan bujuk rayu syaiton berwujud Azzura. Sekarang bocah itu berani makan kue sendiri walaupun tak ada Azzura.
~~~
Kelima teman Azzura menelan ludahnya susah payah saat mobilnya masuk gerbang. Rumah yang terlihat sangat mewah dan modern membuat bulu kuduk mereka berdiri. Benarkah Azzura tak salah mengajak masuk rumah. Apalagi di depan rumahnya ada banyak pengawal dengan kemeja hitam serta celana hitam, tatapan mata mereka sangatlah tajam.
"Suaminya Zura, mafia, ya?" tanya Rika berbisik. Rizwan yang sedang mengemudi mengikuti mobil yang di naiki Zura sudah bergetar.
"Gue gak tahu, tapi asli gue takut banget. Apa Zura gak takut setiap hari ngelihat mereka?" sahut Bety pelan.
Azzura turun dari mobil Dan tersenyum manis menunggu teman-temannya turun. Dia sudah menyerahkan tas serta barang bawaannya pada pengawal yang mendekatinya, pengawal yang biasa menjemput Azzura saat istri boss besarnya pulang. Kelima teman Azzura melongo melihat lelaki berbadan tegap dan sangat tinggi mengambil tas Azzura dengan badan menunduk.
"Ra, lo gak takut sama mereka?" tanya Bety yang sudah sangat penasaran.
"Takut? Buat apa? Mereka jagain gue kok. Mungkin emang kelihatan serem. Tapi mereka baik kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallo, Mas Suami. (End)
RomanceKisah perjalanan rumah tangga Gavril Azzura yang tak pernah berjalan mulus. Dimana dendam masih membara, sakit hati belum sembuh betul, rasa cemburu dan merasa diduakan dengan orang yang sudah tiada, perjuangan Azzura untuk menutup telinga dari ucap...